7/26/2012

Kenapa di Mesir Harga Bahan Pokok Tak Pernah Naik Ya??


Di Indonesia kenaikan harga barang-barang kebutuhan dapur yang mendadak melambung sepertinya menjadi hal lumrah kita dengar terutama saat menjelang Ramadhan dan lebaran. Naiknya permintaan tanpa disertai tersedianya barang menjadi alasan harga barang melambung. Ada yang bilang kenaikan ini wajar, ada pula yang mengatakan bahwa kenaikan ini adalah kebiasaan buruk tahunan. Entah ini sengaja atau memang tidak dipersiapkan sebelumnya, yang jelas stok barang kebutuhan seakan menipis menjelang bulan puasa.

Tulisan mbak Ilyani Sudardjat tentang kemungkinan naiknya harga cabe karena gagal panen dan langkanya kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe juga semakin menambah panjang "penderitaan" konsumen. Bahkan beberapa hari menjelang bulan ramadhan (18/7) saya sempat membaca disebuah media online bahwa harga ayam di Kotabaru, Kalimantan Selatan mencapai 100 ribu rupiah per ekor. Wah..!

Waktu tinggal di Pekanbaru, "pedas"nya harga cabe juga beberapa kali saya rasakan. Waktu itu harga cabe pernah menyentuh harga 80 ribu rupiah/kg. Untungnya saya bukan mania cabe, jadi kenaikan harganya tak berpengaruh banyak pada sendi-sendi perekomian keluarga... hehehe.
Tidak hanya itu, beberapa isu juga bisa menyebabkan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok hingga kadang tak terkendali. Misalnya saja isu kenaikan gaji PNS atau isu naiknya harga BBM, belum terlaksana harga barang di pasar sudah naik duluan.

Harga Bahan Pokok di Mesir

Hampir setahun saya tinggal di Kairo, tentu saja saya sudah akrab dengan urusan yang berbau pasar di kota ini. Maklumlah saya ibu rumah tangga yang terlanjur cinta dengan dapur jadi urusan ke pasar sudah menjadi wilayah kekuasaan saya. Tiap minggu saya memang wajib berurusan dengan pasar dan isinya karena kalau tidak, kulkas di rumah bakalan kosong tak berpenghuni hehehe..

Nah, karena saya sudah akrab dengan aroma pasar maka saya tahu banyak soal harga barang-barang kebutuhan dapur di pasar. Beras, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, ikan, sayur mayur, buah, bawang merah, bawang putih, sampai cabe merah yang sebelumnya saya pikir tidak tersedia di pasar tradisional Kairo. Sejak pertama saya berbelanja di sebuah pasar di daerah Maadi dekat tempat tinggal saya hingga saat ini, hampir tak pernah saya menemukan kenaikan harga yang signifikan. Padahal beberapa momen besar seperti lebaran Idul Fitri dan Idul Adha juga Ramadhan seperti sekarang saya lalui di Kairo.

Misalnya saja harga bawang merah yang hanya 2 LE (Rp. 3000)/kg, harga itu sudah sejak lama bahkan kata mahasiswa di sini sudah bertahun-tahun harganya ya segitu-gitu saja. Harga daging sapi juga begitu, kalau daging sapi negeri harganya 48-50 LE/kg sedangkan daging sapi beku (impor) harganya berkisar 30-32 LE harga itu tak beranjak saat Idul Fitri dan Ramadhan. Kalau daging ayam, harga perkilonya 15 LE tapi sempat mengalami kenaikan juga sampai 20 LE/kg namun berbalik normal selang 2 minggu, kenaikan itu juga bukan karena momen istimewa.

Kalau cabe nih, harga perkilonya biasanya 4-5 LE tapi beberapa bulan yang lalu pernah naik hingga 20 LE/kg. Sempat mengalami kelangkaan juga tapi berangsur normal 2 bulan terakhir. Pernah saya beli cabe yang harganya 20 LE/kg, seminggu kemudian saya membeli lagi di tempat yang sama harganya jadi 5 LE/kg wahhh.... cepet banget nih turunnya, gumam saya dalam hati.  Beras juga, harga beras yang biasa saya beli adalah  5 LE/kg setara dengan Rp.7.500, kata mahasiswa beras yang mereka beli malah hanya 90 LE sekarung yang isinya 25 kg. Murah banget ya...

Pokoknya selama saya di Kairo, urusan harga bahan kebutuhan dapur tak pernah naik gila-gilaan. Ditambah lagi harga gas LPG yang sangat murah, sebulan saya hanya membayar 10 LE alias hanya Rp. 15.000 saja. Bandingkan dengan di Indonesia, per tabung isi 12 kg harganya Rp. 85.000 kalau normal tapi kalau pas langka harganya bisa melambung jadi di atas Rp. 100.000 per tabung.

Lahan pertanian di Mesir

1334830894667676170
Salah satu lahan pertanian di Kairo

Sebenarnya jika dibandingkan lahan pertanian di Indonesia, Mesir hanya punya secuil tanah subur yang letaknya di delta sungai Nil selebihnya ya tanah gurun gersang nan tandus. Curah hujan di Mesir hanya maksimal 4 kali dalam setahun, jadi pengairannya cukup mengandalkan sungai Nil saja. Indonesia kita tahu adalah negara agraris  iklim tropis dan curah hujan tinggi sehingga tanahnya sangat ideal untuk pertanian dan perkebunan. Kata Koes Plus kan tanah kita tanah surga sampai-sampai kayu pun bisa ditanam dan dimakan.

Tapi saya heran, dengan lahan pertanian yang secuil itu Mesir bisa memenuhi kebutuhan bahan-bahan pokok warganya dan stoknya tak pernah kurang hingga harga-harga barang relatif stabil. Buah-buahan, sayuran selalu tersedia tanpa mengimpor. Beras juga begitu, entah dimana lahan untuk menanam padi saya pun belum pernah melihatnya. Saya hanya pernah melihat lahan gandum di Kairo karena memang gandum adalah bahan utama pembuat roti yang merupakan makanan pokok orang Mesir.

Soal porsi makan orang Mesir, jangan ditanya deh.. dibandingkan kita orang Indonesia mereka 3 kali lipat porsi makan kita. Setengah ayam hanya untuk sekali makan. Saya pun semakin heran, kenapa dengan kebutuhan makan yang sedemikian jumbo, stok bahannya tak pernah berkurang.

Indonesia Negara Pengimpor??

Negara kita kaya dengan sumber daya alam, namun kerapkali mengimpor sesuatu yang sebenarnya sangat mudah di produksi di dalam negeri. Misalnya saja kedelai, beras, ikan bahkan singkong. Kan jadi aneh kalau disebut negara agraris tapi petaninya miskin lalu jadi negara pengimpor beras yang notabene adalah makanan pokok warganya.
Masa sih kalah dengan Mesir yang punya lahan secuil tapi bisa selalu memenuhi kebutuhan warganya dengan harga yang murah. Saya sih bukan pengamat ekonomi ataupun pakar pertanian jadi saya pun tidak tahu kenapa bisa begitu...  :D

Salam hangat..

*sumber : Tulisan saya di Kompasiana

7/16/2012

Menghitung Rasio Keuangan Keluarga

123rf.com

Menghitung rasio keuangan keluarga merupakan langkah kedua dari cek finansial. Setelah membuat rincian berapa pengeluaran dan pemasukan per bulan, aset bersih yaitu aset dikurangi utang, langkah selanjutnya adalah menghitung rasio-rasio keuangan keluarga.

"Ada beberapa rasio yang penting. Dari pemeriksaan finansial ini dapat diidentifikasi masalah keuangan kita. Pengecekan finansial merupakan langkah awal," kata Mada Aryanugraha, perencana keuangan dari Akbar Financial Check-up.

Rasio pertama adalah rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan keluarga mengubah aset menjadi uang tunai dengan segera. Uang tunai merupakan aset yang paling likuid, sedangkan tanah dan properti paling tidak likuid karena akan diperlukan waktu lama untuk menjadikannya uang tunai.

Aset likuid ini antara lain digunakan untuk membayar pengeluaran bulanan keluarga. Misalnya dalam keadaan tertentu kepala keluarga tidak dapat bekerja dan tidak menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan, maka akan diperlukan aset yang mudah dicairkan agar dapat menutupi keperluan keluarga sehari-hari.

Untuk mengukurnya, bandingkan antara aset likuid berupa uang tunai, tabungan, dan deposito dengan kebutuhan rata-rata dalam satu bulan. Misalnya aset likuid itu berjumlah Rp 10.000.000, sementara pengeluaran sebesar Rp 3.000.000 maka akan dihasilkan 10.000.000 : 3.000.000 = 3,3. Artinya, aset likuid ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut selama 3 bulan dan 10 hari.

Idealnya, rasio yang disarankan antara 3 dan 6 bulan. Maknanya, sebuah keluarga idealnya memiliki aset likuid yang dapat menghidupi mereka selama 3 hingga 6 bulan jika tidak ada penghasilan. Aset likuid ini dapat dialokasikan sebagai dana darurat.

Porsi aset likuid ini maksimal 15 persen dari total aset yang dimiliki. Jika keluarga terlalu banyak memiliki aset likuid, dikhawatirkan investasinya tidak berkembang maksimal, sementara jika terlalu sedikit aset likuidnya, akan kesulitan jika memerlukan dana dadakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, Anda harus berutang ke kanan-kiri, yang berarti juga  menimbulkan masalah baru.

Rasio kedua adalah rasio utang. Rasio ini mengukur perbandingan total pembayaran utang dengan total pendapatan. Hitunglah total utang yang harus dibayar selama satu bulan dengan total pendapatan dalam satu bulan. Utang itu dapat berupa cicilan Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Tanpa Agunan, Kredit Kepemilikan Kendaraan, utang kartu kredit, utang koperasi, atau utang kepada tetangga.

Misalnya, jika jumlah total utang yang harus dibayar dalam satu bulan sebesar Rp 3.000.000, sementara total pendapatan sebesar Rp 10.000.000, berarti Rp 3.000.000: Rp 10.000.000 = 30 persen. Berarti, sebanyak 30 persen dari total penghasilan akan digunakan untuk membayar utang.

Rasio utang maksimum yang ideal adalah 30 persen. Jika total utang yang harus dibayar lebih dari 30 persen, akan membuat pengeluaran terganggu. Akibatnya, terlalu banyak porsi untuk membayar utang sehingga kita tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk berinvestasi.

Rasio selanjutnya adalah rasio total kekayaan bersih dibandingkan dengan total aset (solvency ratio). Aset bersih didapatkan dari  aset yang Anda miliki dikurangi dengan utang. Misalkan Anda memiliki rumah seharga Rp 500.000.000, tetapi masih berutang kepada bank sebesar Rp 400.000.000, berarti aset bersih Anda hanya Rp 100.000.000 saja.

Contoh perhitunganya, sebuah keluarga memiliki aset bersih sebesar Rp 100.000.000 dengan kekayaan bersih sebesar Rp 20.000.000 maka jika Rp 20.000.000 : Rp 100.000.000 maka didapatkan 20 persen.

Rasio ini sama sekali tidak sehat. Masalahnya, dengan rasio hanya 20 persen sebenarnya Anda tidak mampu menutupi utang Anda dengan aset yang Anda miliki. Akibatnya, Anda dapat mengalami kebangkrutan.

Idealnya rasio ini harus di atas 35 persen. Rasio selanjutnya adalah rasio tabungan. Rasio ini berguna untuk mengukur kekuatan sebuah keluarga dalam menabung atau berinvestasi untuk keperluan di masa datang.

Untuk menghitungnya, bandingkanlah jumlah uang ditabung untuk tujuan investasi dengan pendapatan Anda. Ambil contoh, sebuah keluarga dengan jumlah tabungan atau investasi sebesar Rp 10.000.000 setahun sementara pendapatannya sebesar Rp 100.000.000 maka perhitungannya Rp 10.000.000: 100.000.000 = 10 persen.

Idealnya, minimal Anda menyisihkan pendapatan sebesar 10 untuk ditabung atau diinvestasikan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan seperti dana pendidikan anak atau pensiun.

Rasio yang tidak kalah penting adalah rasio aset investasi berbanding kekayaan bersih. Rasio ini membantu kita untuk melihat kekuatan investasi dalam menopang kehidupan keluarga.

Cara menghitungnya, bandingkan pendapatan dari aset investasi dengan total kekayaan bersih. Misalnya, jika sebuah keluarga memiliki total aset senilai Rp 100.000.000 dengan total utang sebesar Rp 20.000.000, berarti kekayaan bersihnya sebesar Rp 80.000.000. Sementara pendapatan dari aset investasi berupa keuntungan bisnis, bunga, pembagian dividen, uang sewa properti, kenaikan nilai aktiva bersih, kenaikan harga saham, dan lainnya sebesar Rp 2.000.000. Jadi perhitungan rasionya Rp 2.000.000 : Rp 80.000.000 = 2,5 persen.

Angka 2,5 persen menunjukkan bahwa sebesar 2,5 persen aset dari keluarga ini diperoleh dari hasil investasi. Semakin besar persentase pendapatan dari hasil investasi akan semakin baik karena keluarga tersebut tidak bergantung pada gaji saja. Penghasilan dari investasi seperti ini juga disebut penghasilan pasif.

Menurut beberapa perencana keuangan, jumlah aset investasi sebaiknya lebih dari 50 persen dari total kekayaan keluarga. Dengan rutin berinvestasi, secara perlahan rasio ideal ini akan dapat dicapai.

Yuk kita hitung rasio keuangan keluarga ...

*Sumber : KompasFemale



3 Gaya Belajar Anak

thecloroxlounge.com


Masing-masing anak memiliki gaya belajar yang berbeda satu sama lain, hal ini kadang kita orang tua tak menyadarinya. Oleh karena itu, jangan buru-buru menudingnya malas belajar bila nilainya di sekolah menurun. Mungkin penyebabnya karena dia "dipaksa" belajar dengan cara yang bukan gayanya. Coba simak gaya belajar mereka di bawah ini, dan lihat bagaimana hasil belajar mereka dengan gaya tersebut.

1. GAYA BELAJAR AUDITORI (pendengaran)

Kaitannya dengan proses belajar menghafal, matematika dalam hal mengerjakan soal cerita, membaca, dan mengerti isi bacaan.

Ciri pada anak:
- Mudah ingat dari apa yang didengarnya, mudah mengingat apa yang didiskusikan.
- Tak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut.
- Senang dibacakan atau mendengarkan.
- Lebih suka menuliskan kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, dan pandai bercerita.
- Bisa mengulangi apa yang didengarnya, baik nada, irama, dan lainnya.
- Lebih suka humor lisan ketimbang baca buku.
- Senang diskusi, bicara atau menjelaskan panjang lebar.
- Menyenangi seni musik.

Kendala pada anak:
Sering lupa apa yang dijelaskan guru, sering lupa membuat tugas yang diinstruksikan guru secara lisan, kerap keliru mengerjakan seperti yang diperintahkan guru, dan kesulitan mengekspresikan apa yang dipikirkan.

2. GAYA BELAJAR VISUAL (penglihatan)

Berkaitan dengan proses belajar, seperti matematika (geometri), serta bahasa Mandarin dan Arab atau yang berkaitan erat dengan simbol dan letak-letak simbol. Perbedaan letak simbol bisa berpengaruh karena terjadi perbedaan bunyi.

Ciri pada anak:
      - Lebih mudah ingat dengan cara melihat.
- Tidak terganggu oleh suara ribut saat belajar.
- Lebih suka membaca.
- Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan.
- Tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
- Tertarik pada seni seperti lukis, pahat, gambar daripada seni musik.
- Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain.

Kendala pada anak:
Utamanya dalam visual motor, seperti terlambat menyalin pelajaran di papan tulis, dan tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca.


3. GAYA BELAJAR KINESTETIK (gerak)

Kaitannya dengan proses belajar yang membutuhkan banyak gerak, semisal pelajaran olahraga dan percobaan-percobaan sains.

Ciri pada anak:
- Lebih banyak menggunakan bahasa tubuh.
- Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan secara fisik.
- Ketika membaca, menunjuk kata-katanya dengan jari tangan.
- Kalau menghafal sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung.
- Belajar melalui praktik langsung atau dengan manipulasi (trik, peraga).
- Banyak gerak fisik dan punya perkembangan otot yang baik.
- Menanggapi perhatian fisik.

Kendala pada anak:
Anak cenderung tidak bisa diam. Anak dengan gaya belajar seperti ini tidak bsia belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Anak akan lebih cocok dan berkembang bila di sekolah dengan sistem active learning, di mana anak banyak terlibat dalam proses belajar.

Nah, yang mana gaya belajar anak Anda?

*Sumber : Kompas Female


Asyiknya Masak saat Jauh dari Tanah Air


Memasak adalah rutinitas utama ibu-ibu. Kegiatan di dapur ini wajib hukumnya buat yang menamakan dirinya perempuan, walaupun jaman sekarang nggak ada lagi batasan atau pengkhususan bahwa memasak hanya untuk kaum hawa. Malah saat ini, kaum adam juga makin eksis dengan kegiatan memasak, jadi profesi malah. Memasak buat seorang ibu bukan hanya sekedar hobi atau kesenangan tapi sudah menjadi tugas dan kewajiban kalau mau disayang sama suami. Walaupun gak wajib juga masak sendiri di rumah. Beli makanan di luar terus diangetin di rumah, namanya masak kan....??? Hehehehe.....

Kalau sudah jadi ibu, kalo nggak bisa masak jadi ada yang aneh deh... Biarpun bukan memasak makanan yang didemokan di TV, paling tidak masak telor dadar atau ceplok, bolehlah.... Tapi masa iya sih anak-anak mau dikasih makan telor ceplok terus.. Bakalan protes atau malah demo di depan ibunya nanti. Atau malah jadi mogok makan... Wahhh.. kalau yang ini jangan sampai deh..

Saya sebenarnya bukan termasuk yang hobi dan juga bukan termasuk pinter masak hehehe... Ngaku ya. Yang penting bisalah biarpun gak trampil-trampil amat. Kadang-kadang malas masak malahan... Loh koq?? Iya kalau lagi malas masak beli aja di warung makan dekat rumah. Lauknya tinggal pilih, bahkan bisa 5 macam lauk untuk menu sehari, keren yah... Coba kalau masak sendiri, 5 macam lauk bisa sehari semalam tinggal di dapur. Tapi untuk urusan budget, masak sendiri jelas lebih irit daripada beli di warung. Kalau belinya sekali-sekali sih bisa dimaklumi, lah kalau tiap hari bisa jebol uang belanja ya..... Kalau gini kira-kira para suami protes nggak ya?? Hehehe..

Malas masak terus beli lauk di warung mungkin nggak masalah atau nggak menemui kesulitan kalau kita tinggal di Indonesia. Banyak warung atau restaurant yang menyediakan makanan sesuai dengan keinginan kita. Mau masakan Padang, Jawa, Sunda atau Manado tinggal pilih saja. Mau yang murah sampai yang mahal tinggal pilih. Mau dibungkus atau santap di tempat, terserah anda.

Nah, masak memasak ini akan jadi masalah kalau kita tinggal di luar negeri. Kebiasaan malas masak rupanya nggak berlaku di negeri orang. Mau beli di mana coba??? Pengen sarapan nasi pecel, atau makan siang pake rendang, terus makan malam beli nasi goreng kambing. Hhmmm.... mikir deh kayak orang hamil lagi ngidam hehehe....

Kejadian nih sama saya sekarang ini. Keterpaksaan kadangkala membuat kita jadi mendadak pinter atau jadi banyak ide. Awalnya males jadi rajin, nggak bisa jadi bisa, atau nggak mungkin jadi mungkin. Duuhhh... kayak ngebahas apaaa gitu ya..  Memang saat kita tinggal jauh dari Indonesia, segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan jadi hal yang sangat penting. Karena urusan lidah nggak bisa di bohongin terutama lidah Indonesia kita ini.

Makanya ketika saya tinggal di luar negeri seperti saat ini, tiap hari harus masak. Padahal ketika tinggal di Indonesia, mungkin seminggu cuma 3 kali masak sendiri, selebihnya beli. Di Mesir sini nggak mungkin pagi-pagi saya nyari sarapan di warung, selain menunya yang nggak cocok, orang Mesir sarapannya itu jam 11 siang. Keburu keroncongan nih perut.

Bahan-bahan masakan yang nggak ditemukan di sini harus ganti dengan yang lain yang sejenis. Pernah nih saya bikin lontong, hampir 10 kali saya mencoba jadi bubur terus sampai saya patah hati tapi tetap nggak mau nyerah dan akhirnya bisa juga. Kalau tinggal di Indonesia, lontong tinggal beli aja di pasar, paling cuma Rp. 1.000. Masak sayur asem yang isinya pakai buncis mungkin kedengarannya nggak lazim kalau kita tinggalnya di Indonesia. Tapi di sini karena yang mirip kacang panjang itu buncis ya dipake aja. Bikin mi ayam, karena belum bisa bikin mie sendiri akhirnya pake aja spagetti. Kalau tinggal di Indonesia, tinggal panggil abang jual mie ayam keliling, paling cuma Rp. 7.000,-

Pengen siomay, bikin sendiri...




Bikin puding enak..




Urap sayuran..



Itu cuma sebagian contoh, masih banyak lagi yang lain... nanti kalau foto makanan di upload semua di sini jadi pada laper yang baca hehehe...

Jadi hikmahnya, memasak sendiri itu menyenangkan ya.... salam :)

7/14/2012

Sekolah Indonesia (Masih) Primitif..?


Berita tentang hilangnya rapor seorang siswa kelas 4 saat akan naik ke kelas 5 di sebuah sekolah dasar di Gowa, Sulawesi Selatan mengingatkan saya pada peristiwa yang sama beberapa tahun yang lalu.  Walaupun peristiwa yang menimpa anak saya itu tidak sampai menyebabkan dia harus mengulang kelas seperti halnya Aldy namun cukup membuat tekanan psikologis pada anak saya lantaran takut jika bertemu gurunya itu.

Peristiwa hilangnya rapor terjadi pada semester genap kelas 3 sekolah dasar di sebuah sekolah negeri di Pekanbaru, Riau. Waktu itu sepulang sekolah, anak saya menyampaikan pesan dari gurunya bahwa rapor harus segera dikumpulkan karena satu bulan lagi ujian akhir semester sudah dimulai. Lalu saya bilang padanya, bukannya rapor sudah dikumpulkan waktu masuk semester genap yang lalu. Karena memang sudah menjadi kebiasaan saya menyuruh anak saya mengumpulkan rapor di awal semester.

Hari berikutnya dia menyampaikan hal yang sama, bahwasanya rapor harus segera dikumpulkan. Saya lalu berpikir apa mungkin saya yang lupa, jangan-jangan memang rapor belum dikumpulkan dan masih ada di rumah. Segera saya cari rapor anak saya itu, dan saya tak menemukannya. Baru saya yakin kalau memang rapor itu memang sudah dikumpulkan setelah libur semester ganjil. Berikutnya, lagi-lagi si anak menyampaikan pesan dari sang guru kelas bahwa rapor tidak ada di sekolah.

Segera saya menuju sekolah untuk menanyakannya pada ibu guru kelas anak saya. Tahukah apa jawaban dan ekspresi wajahnya???? "Mana saya tahu??!  Dengan ekpresi wajah cuek seakan tak ikut bertanggung  jawab. Waktu itu anak saya juga berada dalam kelas bersama saya. Sang guru bilang bahwa rapor pernah dipinjam anak saya untuk keperluan MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) karena anak saya juga sekolah di sebuah madrasah saat sore hari. Saya pun heran dengan keterangan ibu guru itu, karena untuk apa MDA meminta rapor sekolah umum karena memang tidak ada hubungannya. Saya tanyakan juga pada anak saya waktu itu apakah benar dia pernah meminjam rapor untuk keperluan MDA, dengan terisak-isak dia mengatakan bahwa tidak pernah meminjam rapor untuk keperluan itu.

Raut muka ibu guru itu semakin terlihat  tidak ramah mendengar keterangan muridnya itu. Lalu dengan nada tinggi beliau berkata,"Ibu ingat kamu meminjamnya..!" Mendengar itu, anak saya semakin terlihat takut dan tertekan. Lalu saya bilang pada beliau, jika rapor diperlukan untuk MDA tidak mungkin saya tidak mengetahuinya. Dalam hati saya yakin rapor itu hilang atau terselip di sekolah. Karena menurut ibu guru itu rapor yang sudah dikumpulkan diletakkan di laci meja guru di kelas (bukan di dalam sebuah lemari di kantor guru). Sedangkan kelas juga dipakai oleh 2 kelas berbeda, kelas pagi dan kelas siang.

Penyelesaian tidak kunjung diberikan oleh sang guru saat itu. Yang ada berulang kali dia menyalahkan anak saya yang waktu itu umurnya baru 8 tahun. Saya juga agak naik darah dibuatnya, bukannya berusaha menyelesaikan masalah malah membuat tekanan mental pada anak-anak. Hingga akhirnya seorang guru lain mendengar debat kusir dalam ruangan kelas itu, dengan nada yang cukup bijak bapak guru itu bilang kepada saya bahwa rapor hilang bisa diganti dengan membayar Rp. 10.000,- sebagai pengganti buku rapor. Saya jadi berpikir, kenapa ibu guru kelas itu tidak memberikan solusi itu sejak awal??? Kenapa harus menekan mental anak-anak dulu??

Sejak peristiwa itu, anak saya seperti tertekan jika akan berangkat ke sekolah. Dia seperti mendapatkan intimidasi dari guru kelasnya, tapi untungnya hal itu tidak berlangsung lama karena beberapa bulan kemudian dia sudah naik ke kelas yang lebih tinggi dan berganti guru kelas.

Rapor SD tahun 1988
Rapor SMP th 2010


Yang saya pikirkan setelah kejadian itu, bagaimana mungkin di era teknologi informasi seperti saat ini, penulisan rapor dan penyimpanan arsipnya masih dilakukan secara manual?? Rapor masih ditulis dengan tangan sedangkan penghitungannya masih menggunakan kalkulator. Ini sistem yang sudah out of date kan? Bayangkan saja jika dalam satu kelas terdiri dari 30 - 40 siswa? Saya rasa cukup merepotkan. Bukannya sudah ada perangkat lunak yang memudahkan kita memasukkan data lalu menghitungnya secara otomatis, misalnya dengan Microsoft Excel?

Bagaimana jadinya jika seluruh rapor siswa hilang atau rusak karena terbakar? Atau sekolah tiba-tiba dilanda banjir namun belum sempat menyelamatkan rapor siswanya? Apakah seluruh siswa harus mengulang seperti yang terjadi pada Aldy?

***
Kondisi berbeda saya temukan di sekolah sang adik. Anak kedua memang saya sekolahkan di sebuah sekolah Islam swasta yang lokasinya tak jauh dari sekolah negeri kakaknya. Rapor tidak lagi berupa buku yang ditulis tangan namun sudah berupa tulisan komputer dan diprint. Lembaran-lembaran rapor tiap semesternya dimasukkan dalam sebuah file keeper. Jika hard copy itu hilang, maka tak perlu lagi guru menulisnya namun tinggal ngeprint dari soft copy yang disimpan di sekolah.

Rapor SD swasta th. 2009 (diketik komputer)


Coba bandingkan, mana yang lebih praktis dan efisien? Mungkin sebagian orang berpikir, bagaimana administrasi penulisan rapor ini diterapkan di sekolah-sekolah terpencil?? Apakah SDM atau guru-gurunya sudah menguasai teknologi dan memiliki perangkat yang canggih itu sedangkan bangunan sekolah saja tak terurus. Apakah sekolah-sekolah negeri di Indonesia masih primitif ya?

Itu adalah TUGAS PEMERINTAH, dan pemerintah TAK BOLEH LEPAS TANGAN pada masalah pendidikan anak-anak penerus bangsa ini. Kemajuan bangsa berawal dari kemajuan pendidikan, jadi kapan dong pendidikan anak-anak Indonesia bisa maju. Memiliki bangunan sekolah yang memadai dan sistem administrasi yang tak lagi manual...

Saya pun hanya berharap anak-anak Indonesia bisa menikmati pendidikan yang maju..... semoga...

* Sumber : Tulisan saya di Kompasiana

7/11/2012

"Bagaimana Sperma Bisa Bertemu Sel Telur, Bu..??"


Image by google


Dulu waktu saya berusia sekitar 12 tahun, bertanya tentang bagaimana proses lahirnya bayi dari rahim seorang wanita, atau bagaimana caranya koq bisa jadi bayi, bagaimana caranya sperma seorang pria bertemu sel telur wanita.. pada ibu atau bapak saya rasanya koq tabu ya?? Dan saya teramat yakin kalau jawaban mereka pasti "kamu akan mengetahuinya nanti setelah dewasa". Itu jawaban yang praktis... hehe

Tapi seiring perkembangan informasi saat ini sepertinya anak-anak semakin terbuka. Pertanyaan-pertanyaan diluar dugaan saya membuat saya terkejut dan tersenyum. Rasa ingin tahu mereka yang besar karena pengaruh tayangan TV, internet dan media yang semakin variatif semakin membuat orang tua sekarang harus semakin kreatif dan rajin membaca untuk menjawab keingintahuan anak-anak. Sebenarnya memberikan sex edukasi pada anak-anak tidak susah tapi juga sangat tidak mudah.

Ini pengalaman saya...

Jauh sebelum mereka bertanya tentang proses terbentuknya seorang manusia dalam rahim seorang wanita, saya sudah membelikan mereka buku tentang PUBER PADA REMAJA Cewek dan Cowok (terbitan Erlangga). Karena anak-anak saya waktu itu sudah berusia 8 dan 11 tahun. Yaa... paling tidak mereka tahu bagaimana bentuk alat kelaminnya jika sudah beranjak dewasa, apa tanda-tanda kalau dia puber dll. Dari buku itu dia juga tahu bahwa janin terbentuk dari bertemunya sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang ada dalam rahim. Tapi bagaimana caranya, tidak ada penjelasan.

Maka, pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang muncul dan mempertanyakannya pada saya ibunya.. Kebetulan yang  bertanya anak yang berusia 10 tahun kelas 5 SD.
Anak   : Bu, adek bayi itu asalnya dari bertemunya sperma laki-laki dan sel telur perempuan kan??
Ibu      : Iya..
Anak   : Gimana ketemunya ya bu..? Apa seperti bunga? Terbang-terbang di udara?
Ibu      : Hmmm... (mulai bingung memilih kata-kata). Kamu kan tahu bagaimana bentuk alat kelamin laki-laki dan alat kelamin perempuan?
Anak   : (Dia mulai manganalisa sendiri..) Jadi ketemunya...??? mmmm... dimasukkan???
Ibu      : Ya, kamu sudah punya jawabannya kan?
Anak  : Hiiiii......... koq gitu ya?? Jadi aku hasil dari....???
(Sebenarnya saya ingin tertawa melihat reaksinya itu, tapi saya berusaha menahannya)
Ibu     : Iya..  itulah tujuan dari pernikahan. Menikah dulu baru bisa punya anak. Dan kamu lahir itu karena kasih sayang Bapak dan Ibu, nak.

Itu sebagian percakapan saya dengan anak perempuan saya. Mungkin antara anak yang satu dengan yang lain berbeda cara mengungkapkan pertanyaan tentang sex pada orang tuanya. Ada yang malu-malu ada juga yang to the point. Intinya bagaimana kita menjelaskannya dengan bahasa yang dimengerti anak-anak sesuai usianya.

Dan bersiap-siaplah anda sebagai orang tua menerima pertanyaan-pertanyaan tak terduga dari anak-anak anda..

"Andai Ikan Mas itu Ibuku.."



"Hayo jangan lupa sikat gigi.."

"Jangan lupa cuci kakinya sebelum tidur"

"Eh.. jangan ganggu adikmu ya.."

"Eittt... rambutnya disisir dong.."

"Handuknya jangan ditaruh di tempat tidur ya.. "

"Sepatu ditaruh tempatnya tuh.."

"Baju kotornya taruh di keranjang cucian jangan lupa..."

Lalu si anak bergumam sambil memandangi aquarium, "Andai saja ikan mas itu ibuku..."

Sampai sekarang kalau inget percakapan dalam cerita itu, bawaannya pengen ketawa. Koq ya gambarannya pas banget sama saya gitu loh.... bawel.. hehehehe...(ngaku). Sambil bertanya-tanya dalam hati, apa iya sih yang namanya ibu-ibu di seluruh dunia itu bawel? Lha wong percakapan di atas itu ada di buku bacaannya Faiz yang sekolahnya di sekolah Inggris. Mungkinkan ibu-ibu di Inggris itu juga sama bawelnya dengan saya..??

Nggak tau deh kalo ibu-ibu yang lain apakah sebawel ibu yang ada di bukunya Faiz atau malah nggak merasa bawel sama sekali. Rasanya kalau saya nggak bawel nih, rumah tuh bakalan berantakan deh. Anak-anak sekarang koq sepertinya beda banget sama jaman saya dulu, kalau nggak diperintah nggak jalan. Sikat gigi aja pake diingetin tiap hari. Koq ya sepertinya seneng banget dengerin suara merdu ibunya.... hehehe..

Saya inget banget jaman saya SD, ibu saya juga suka nyuruh saya beresin tempat tidur, habis makan piring, sendok dan gelasnya harus di cuci, keramas tiap 2 hari sekali, beresin buku kalau habis belajar, bersihkan rumah kalau sore, nyapu halaman... bla..bla... Tapi ngomongnya juga cukup sekali dua kali saja, setelah itu nggak perlu lagi diomongin otomatis dikerjakan tanpa di perintah. Soalnya nggak suka juga ibu tiap hari ngomelin saya jadi cukup sekali ngomong selanjutnya ya sadar diri kalau itu sudah jadi tugas kita.

Hmmm... rasanya juga saya nggak pengen jadi ibu yang bawel. Pengennya anteng aja kayak si ikan mas itu.

Atau saya bilang, "Ya udah, Ibu jadi ikan mas aja ya.."

Berguru pada Anak, Tak Selamanya Salah


"Kebo Nyusu Gudel" pernahkah anda mendengar pepatah Jawa ini? Belum pernah mendengar atau belum mengerti artinya sama sekali? Kebo Nyusu Gudel artinya kerbau yang menyusu pada anaknya (gudel=anak kerbau). Pepatah ini memiliki arti bahwasanya seseorang yang lebih tua kadangkala harus mau belajar atau berguru pada  orang muda bahkan anak kecil sekalipun.

Kebanyakan dari kita orang tua, merasa menjadi makhluk dewasa yang lebih tahu dari anak-anak yang umurnya notabene di bawah kita. Orang tua juga kadang merasa lebih banyak makan asam garam kehidupan atau memiliki pengalaman hidup lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak sehingga beranggapan ilmunya jauh lebih banyak dari anaknya. Seringkali anak-anak menjadi obyek sasaran pemaksaan sebuah kehendak orang tua. Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk menolak dengan alasan-alasan yang sebenarnya masuk akal. Tapi karena orang tua memiliki ego yang besar untuk memaksakan pendapat dan kehendaknya pada anak-anak, maka alasan yang masuk akal pun tidak akan diterima jika datangnya dari anak-anak. Orang tua lebih "pintar" dari anak-anak, itu prinsipnya.

Mana ada sih orang tua yang tidak ingin anaknya sukses? Kalimat sakti ini yang kerapkali menjadi salah satu alasan mengapa para orang tua merasa berhak mengatur anak-anak. Maka tidak heran, lihat saja akhir-akhir ini, anak-anak seperti tidak berdaya mengikuti kemauan orang tua untuk ikut les ini itu demi sebuah "prestise" di mata orang tua yang lain. Juga menjadi obyek kemarahan orang tua jika mereka mendapatkan nilai rapor yang tidak sesuai dengan target. Menimpakan kesalahan sepenuhnya pada mereka karena tidak bisa masuk ke sekolah favorit pilihan orang tua. Bahkan sampai memilih jurusan di perguruan tinggi orang tua merasa harus ikut andil karena orang tua lebih tahu soal ini. Sebuah paradigma berpikir kaum tua yang sudah berlaku turun temurun.

Namun ternyata kedewasaan berpikir bukan dominasi kaum tua yang sudah kenyang dengan pengalaman hidup. Saya melihatnya sendiri bagaimana anak-anak kadang memiliki cara berpikir lebih dewasa dari kita yang dewasa. Sebuah komentar di dinding Facebook anak saya menyadarkan saya bahwa ternyata cara berpikirnya melampaui saya, ibunya. Pandangan soal nilai yang selama ini saya anggap sebagai satu-satunya indikator kesuksesan akademis.
Dia memang mendapatkan nilai tertinggi di kelas dan komentar ini merupakan jawaban dari sebuah ucapan selamat seorang temannya. (Saya copas dari FBnya)

 "Neng selamat yaaa nemnya tertinggi diantara kitaa ^^."  "Iya terima kasih:) Tapi yg penting, nilai itu kebutuhan pendidikan nomer 2^^ Nilai kan g dibawa smpe mati kan?? walaupun nilai itu dibutuhkan dimasa depan, tapi ILMU lah yg dibawa smpe mati dan dibawa ke masa depan;) jadiiii jangan kecewa cuma karena nilai, boleh kecewa tapi utk sekedar dijadiin penyemangat belajar=))"

Poinnya bahwa bukan nilai (angka) yang seharusnya kita tekankan. Bukankan mencari ilmu tidak sama dengan mencari angka? Angka bisa dimanipulasi dengan cara apapun misalnya dengan mencontek atau membeli kunci jawaban seperti dalam UN. Tapi jika ilmu yang kita kuasai, otomatis angka yang diperoleh akan menyesuaikan. Yang bermanfaat sesungguhnya adalah ilmu, bukan angka yang sempurna.

Ahh.... saya ternyata baru menyadari bahwa cara berpikir saya salah soal nilai. Saya terlanjur mengikuti paradigma kebanyakan orang tua. Ternyata saya memang tak lebih dewasa dari anak saya yang berumur 15 tahun. Namun sekarang saya pun harus mengakui kedewasaan berpikir bukan lagi terletak pada umur. Banyak orang dewasa yang berpikir kekanak-kanakan. Jadi apakah salah jika kita berguru pada anak-anak...??


*Sumber dari tulisan saya di Kompasiana

























7/06/2012

Simple Cake for Zebra & Chocolate Cake

Pengen berbagi aja soal resep cake simple ini... hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit plus waktu memanggangnya hanya 45 menit jadi total waktunya nggak kurang dari 1 jam. Ada sedikit improvisasi dari jumlah bahannya. Kebetulan di Mesir saya nggak nemu margarin seenak di Indonesia lalu saya ganti dengan butter.. ehh ternyata malah lebih enak dan empuk cakenya.

Kebetulan waktu saya nyobain resep ini koq ya langsung jadi, terus anak-anak juga suka. Cocok banget buat cemilan, daripada beli jajanan di luar yang nggak terjamin bahan bakunya dan kebersihannya. Yang buatan sendiri jelas lebih sehat kan..





Ini bahan-bahannya :

200 gr gula pasir
200 gr margarin/butter
4 butir telur ayam ditambah 2 buah kuningnya saja
175 gr tepung terigu
1/2 sdt baking powder
Vanili secukupnya

Cara membuatnya :
  1. Campur gula pasir dan margarin lalu kocok dengan mixer hingga berwarna putih
  2. Masukkan telur satu persatu kocok dengan kecepatan tinggi hingga mengembang (kurang lebih 10 menit)
  3. Masukkan campuran terigu, baking powder dan vanili ke dalam kocokan telur tadi. Aduk dengan kecepatan sedang hingga tercampur rata
  4. Masukkan ke dalam loyang yang sudah diolesi mentega dan tepung. Kalau punya loyang anti lengket malah lebih bagus lagi, dan nggak perlu oles2 mentega dan ngasih tepung.
  5. Panggang dalam oven kurang lebih 45 menit. Kalau ingin lebih meyakinkan tusukkan tusuk sate jika sudah tidak ada yang lengket berarti cake sudah matang.

Jika ingin membuat cake zebra :
  • Ambil 1 sendok makan coklat bubuk lalu aduk dengan sedikit air panas.
  • Ambil adonan 2 sendok makan adonan cake dan aduk rata. 
  • Tuangkan adonan coklat di atas loyang lalu tusukkan tusuk sate dan buat motif di atasnya.
Jika ingin membuat cake coklat :
  • Campurkan 50 gr coklat bubuk ke dalam campuran tepung terigu (pada langkah no. 2)

Telitilah Sebelum Membeli Produk Asuransi


asuransicerdas.com

Suatu malam (1/6)  selepas Isya' kami (saya dan suami) ngobrol berdua di ruang tengah. Biasalah, ngobrol ngalor ngidul kalau nggak ngomongin politik (padahal saya juga nggak ngerti hehehe...), cerita sejarah, ngomongin saham yang kebetulan beberapa bulan ini lagi anjlok (ini saya juga nggak ngerti), ngomongin tingkah laku anak-anak atau tingkat yang lebih serius ngomongin masa depan, terutama pendidikan anak-anak.

Tiba-tiba saya ingat, ini sudah masuk awal bulan  Juni lalu saya bertanya padanya,

"Mas, bayar asuransinya akhir bulan Mei apa akhir bulan Juni ya..?"

Kami memang mengikuti sebuah "merk" asuransi, dan tahun ini sudah masuk tahun ketiga. Tujuannya utamanya sih investasi alias menabung. Judul asuransinya adalah asuransi pendidikan. Preminya kami bayar setahun sekali dengan jumlah yang cukup besar, karena asuransi itu untuk 3 orang anak kami.

"Iya, awal bulan ini jatuh tempo bayar preminya, tapi sudah aku isi tabungannya untuk di debet.."
"Tapi aku nyesel ikut asuransi itu, potongannya itu banyak banget. Masa sih tiap bulan potongannya rata-rata Rp. 200.000, mendingan dimasukin reksadana. Karena sebenarnya tujuan utamaku itu bukan semata-mata beli asuransinya tapi lebih ke investasi dana."

Lalu saya nanya lagi, " Rp.200.000..??? Emang potongan apaan Mas?"

"Itu katanya untuk administrasi. Tapi herannya potongan administrasinya itu dihitung berdasarkan saldo, jadi kalau kita bayar premi yang tiap tahun itu potongannya jadi tambah banyak. Nah tiap bulan masih juga dipotong, nggak peduli unit link-nya terpuruk tetep aja dipotong."

"Emangnya nggak dijelasin sama agen asuransi soal potongan itu?" tanya saya.

"Nggak!! Dia cuma bilang katanya pada tahun ke-3 premi kita akan dapat bonus 10%, misalnya kita bayar 10 juta jadi 11 juta. Aku pikir lumayan juga nih.."

"Aku baru tahu soal potongan itu setelah dikirim rekening korannya."

"Uang yang sudah kita bayarkan itu memang sudah dipotong untuk bayar asuransinya di muka, prosentase pada tahun pertama 50:50 (50% asuransi dan 50% investasi), lalu tahun kedua 20:80 (20% asuransi dan 80% investasi),  tahun ketiga dan seterusnya investasi kita menjadi 110%, yang 10 % itu bonus"

"Mestinya kalau dilihat dari prosentase itu, tanpa hasil pengembangan sekalipun saldo investasi kita 65% dari yang sudah disetor (50%+80% /2 = 65%). Tapi kenyataannya saldonya tinggal 55%, gila nggak tuh potongannya??! Padahal tiap tahun nilai unit linknya sedikit naik dalam 2 tahun terakhir."

"Aku pikir potongannya itu flat, kalau ini tiap bulan nggak sama tergantung jumlah saldo. Jadi investasinya gak berkembang karena digerogoti sama yang namanya administrasi itu. Apalagi sekarang kan saham fluktuasinya lagi nggak bagus.."

"Kalau kita cairkan sekarang pasti kita yang rugi, jadi kita tunggu setelah 5 tahun aja meskipun itungannya belum balik modal, aku males ikut asuransi lagi!! Agennya nggak jujur, yang manis-manis aja dikasih tahunya, soalnya mereka keburu pengen produknya laku!"


Membeli sebuah produk asuransi saat ini sudah hampir menjadi kebutuhan. Biaya pendidikan yang makin hari makin tinggi membuat asuransi menjadi satu solusi untuk menginvestasikan dana. Lihat saja saat ini penawaran asuransi  sangat beragam jenis dan merknya.

Namun patut menjadi perhatian kita sebagai konsumen, seringkali agen asuransi hanya menawarkan dan memberikan penjelasan yang "menguntungkan" saja. Mereka tidak memberikan penjelasan yang detail terutama soal potongan administrasi yang "mencekik" seperti kasus yang terjadi pada kami. Jadi sebagai konsumen kami merasa dijebak, mau keluar rugi, mau diteruskan juga setengah hati.

Sepatutnya sebagai konsumen kita yang harus teliti dalam membeli sebuah produk asuransi, selain banyak bertanya, kita juga harus banyak mencari informasi agar tidak terjebak pada manisnya rayuan agen asuransi. Semoga pengalaman kami ini menjadi pelajaran bagi konsumen asuransi lainnya. Telitilah sebelum membeli.

Salam hangat... :)

7/04/2012

Ngerumpi Itu Sehat

cutelypoisoned.com


Perempuan terutama ibu-ibu biasanya identik dengan kegiatan ngerumpi alias suka ngegosip, suka ngomongin orang, suka ngiri sama tetangga, suka shopping apalagi buat ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Kurangnya kegiatan di rumah karena sudah didelegasikan pada pembantu, membuat ibu rumah tangga memiliki banyak waktu luang di rumah. Kegiatan kerumah tanggaan seperti, memasak, beres-beres rumah, seterika pakaian sampai ngurus anak menjadi tugas para asisten rumah tangga.

Banyaknya waktu luang ini menjadikan ibu-ibu rumah tangga menjadi nganggur alias kurang kerjaan. Jadi untuk mengisinya, apalagi kalau nggak ngegosip ya?? hehehe... Ngegosip juga sudah berbagai macam caranya, dari ngegosip face to face sampai dengan cara yang cukup canggih yaitu pakai gadget atau pakai komputer tablet pokoknya asal bisa ngerumpi aja.. Siapa yang digosipin sih? Ya macam-macam, dari tetangga sampai artis.

Kadang-kadang dari sebuah bahan gosip bisa membuat hubungan seseorang dengan orang lain memburuk lalu tidak akur. Karena penggosip digosipin lagi sama si pendengar gosip pada orang yang digosipkan tadi.. ahhh bingung nggak sihh?? Oke deh gini gampangnya, misalnya nih si A sedang ngegosip tentang si B dan pendengarnya adalah si C. Lalu suatu hari karena si C lagi jengkel sama si A, maka ketika C ketemu dengan B digosipinlah si A yang pernah ngomongin B pada si C. Jadinya ya bisa ditebak, A dan B jadi bermusuhan karena diadu domba sama si C. Belum lagi kalau omongannya ditambah-tambahi sama si C tadi, wahhhh... semakin runyam lagi masalahnya.

Seperti pesan berantai, pesan pertama akan terus terdistorsi jika disampaikan oleh orang yang berbeda-beda.Sehingga pesan yang tersampaikan sesungguhnya bukan pesan yang sebenarnya karena sudah ditambah atau dikurangi.

Ada nggak ngerumpi yang sehat?

Jawabnya ada. Jika kita ngerumpi dengan orang yang tepat. Artinya orang yang memiliki visi dan pandangan yang sama dengan kita dan bahan yang diomongkan juga bukan orang lain. Lalu apa?? 

Bahan rumpian yang sehat ya tentang bagaimana mengurus keluarga dengan baik. Saling berbagi tentang bagaimana memotivasi anak belajar, membuat makanan yang sehat, mengatur keuangan keluarga, memilihkan sekolah yang tepat untuk anak, intinya kita diskusi atau sharing. 

Menghindari ngerumpi yang tidak sehat

Jadi pada dasarnya ngerumpi itu adalah ajang diskusi dan bukan melulu hal yang berbau negatif. Ngerumpi  sebenarnya ajang sosialisasi terutama buat ibu-ibu rumah tangga. Kita mungkin akan mendapat banyak hal baru dari ngerumpi ini. Bayangkan saja jika kita tinggal di sebuah lingkungan perumahan lalu kita nggak pernah keluar dan ngobrol dengan tetangga, jangan heran kalau kita dilabeli sombong oleh tetangga kita. 

Ada beberapa tips jika berada dalam sebuah arena ngerumpi yang tidak sehat. Ini dia tipsnya :
  1. Jadi pendengar yang baik saja. Tidak berkomentar dan tidak menyampaikan bahan rumpian pada orang lain.
  2. Jika tidak bisa meninggalkan arena, usahakan untuk mengalihkan bahan rumpian.
  3. Cari kegiatan positif di rumah, misalnya menanam bunga, menulis, mencoba resep baru, atau menekuni hobi yang lain.
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga bersosialisasi adalah hal yang tidak bisa kita hindari. Ngerumpi dan sosialisasi sangat erat hubungannya, tapi memilih dan memilah bahan rumpian juga wajib kita lakukan agar tidak terjebak pada ajang gosip yang kurang bermutu karena pada dasarnya ngerumpi itu sehat. 




7/03/2012

Tak Perlu Tambah Minyak Saat Merebus Pasta


victoriapacking.com



Saat merebus pasta, biasanya Anda akan menambahkan minyak dalam air rebusan agar pasta tidak lengket. Namun ternyata hal ini tidaklah bermanfaat. Menambahkan minyak dalam air rebusan ini akan membuat pasta justru menjadi lengket

Jika Anda menambahkan minyak saat merebus pasta, yang terjadi Anda hanya akan menghabiskan banyak minyak dan membuangnya sia-sia dalam air rebusan.

"Sebaiknya ketika merebus pasta, cukup tambahkan saja garam ke dalamnya untuk membuat pasta jadi lebih gurih," bebernya.

Agar tak lengket dan tak cepat kering, tambahkan sedikit minyak goreng atau olive oil setelah pasta direbus dan ditiriskan. Lalu aduk sampai minyak ini merata ke semua bagian. Namun, jelas Vindex hal ini hanya perlu dilakukan jika Anda ingin menyimpan pasta. Menurutnya, cara ini dapat membuat pasta yang ingin Anda simpan setelah dimasak, menjadi tidak lengket dan menempel karena kelembabannya terjaga.

"Tapi jika ingin dimakan langsung tidak perlu pasta yang sedang ditiriskan tak perlu ditambahkan minyak, karena saat panas pasta tidak menempel," pungkasnya.


sumber : KompasFemale

Agar Warna Brokoli Tetap Hijau




Sayuran berwarna hijau memiliki kandungan vitamin A, C, K, E, zat besi, sampai magnesium, yang sangat tinggi. Salah satu contohnya brokoli, yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi untuk mencegah berbagai macam penyakit seperti kanker, membantu menormalkan kadar gula darah, hingga membantu program diet karena kandungan seratnya yang tinggi.

Kandungan vitamin C pada brokoli terbukti lebih tinggi daripada satu butir jeruk. Brokoli juga memiliki kandungan asam folat yang tinggi, yang sangat berguna untuk membantu pembentukan otak janin selama hamil dan menyusui.

Sayangnya, semua jenis vitamin ini tergolong mudah larut dalam air sehingga sekitar 50 persen vitamin ini akan hilang ketika brokoli direbus. "Merebus brokoli tidak hanya akan menghilangkan vitaminnya, tetapi juga membuat penampilan brokoli ini tidak lagi hijau segar, sangat layu dan tidak menarik," ujar Amanda Junker, kontributor majalah Prevention.

Agar vitaminnya tak terlalu banyak hilang dalam air, sebaiknya masak brokoli ini dengan cara mengukusnya. "Didihkan air, kemudian di dalam wadah besi terpisah tempatkan brokoli di atasnya, dan kukus selama maksimal 10 menit," sarannya.

Proses pengukusan ini selain membantu mempertahankan 70 persen kandungan vitamin, khususnya vitamin C dan flavonoid dari brokoli, juga membuat warna hijau brokoli tetap terlihat segar.

*sumber : KompasFemale

Anak Sekolah : Dulu dan Sekarang


sheknows.com



Membandingkan anak sekolah tahun 80-90 an seperti saya dengan anak sekolah jaman sekarang seperti anak saya rasanya seperti membandingkan bumi dengan langit. Ya iyalah... jamannya aja beda hehehe....  Jaman saya dulu mana ada sinetron remaja yang tayang setiap hari seperti sekarang. Wong stasiun televisinya dulu kan cuma TVRI.

Sinetron remaja yang saya ingat  ACI (Aku Cinta Indonesia), Rumah Masa Depan dan Kisah Serumpun Bambu, yang hanya tayang setiap minggu.  Sinetron ACI ceritanya hanya pada sekitar konflik remaja yang sederhana dengan penampilan tokohnya yang juga sederhana.  Ada penyelesaian di akhir cerita jika terjadi konflik, dan sudah jelas ada muatan pendidikan dan pesan moral kehidupan di sana. Bandingkan dengan cerita sinetron remaja sekarang, cerita yang diangkat kadang berlebihan dan cenuderung kurang mendidik seperti rebutan pacarlah, pamer mobil, persaingan antar kelompok teman dan penampilannya itu loh... glamour. Saya nggak bisa membayangkan kalau nggak ada aturan pakai seragam di sekolah, mungkin gaya berbusana anak-anak sekolah terutama remaja usia SMP dan SMU itu mengalahkan gaya busana anak kuliahan hehehe....

Jaman saya dulu mana ada alat komunikasi seperti handphone, sedangkan yang punya telepon rumah hanya orang-orang yang ekonominya menengah ke atas saja. Saya jadi ingat saat anak sulung saya kelas 5 SD di sebuah sekolah negeri di Pekanbaru, merajuk minta dibelikan handphone. Saya lihat beberapa temannya memang sudah dibekali handphone oleh orang tuanya. Tapi saya nggak serta merta   membelikannya, saya pikir belum cukup perlu untuk membekali handphone buat anak SD kelas 5, paling juga buat gaya aja hehehe... Saya bilang sama dia kalau mau dibelikan handphone nilai UANnya minimal 9. Akhirnya ketika dia bisa buktikan bahwa nilai UANnya rata-rata di atas 9 ya mau nggak mau dibelikan handphone sesuai janji. Paling tidak, ada usaha untuk mendapatkannya, lagipula saya rasa sudah cukup untuk dibekali handphone ketika di SMP karena sekolahnya memang jauh dari rumah. 

Sekarang saat si adik duduk di kelas 6 SD, biarpun nggak menuntut untuk dibelikan handphone tapi saya tetap membekalinya dengan handphone karena kami tinggal di negara orang saat ini, dan jarak antara rumah dan sekolahnya lumayan jauh. Ditambah lagi berangkat sekolah naik angkutan umum (subway) jadi saya rasa perlu untuk memberikan handphone untuknya dan handphone yang dibawanya hanya berfungsi untuk berkomunikasi asal bisa buat nelpon dan SMS.

Saya ingat betul waktu saya SMP sekitar tahun 1988, pernah nonton serial film yang saya lupa judulnya. Salah satu adegannya, si tokoh utama menulis semacam catatan hariannya di sebuah PC. Waktu itu saya dibuat takjub dan berpikir enaknya ya tulisannya bisa di simpan di layar monitor dan bisa di sisipi kata-kata tanpa harus menghapus tulisan di depan atau di belakangnya, canggih banget. Sampai mikir kapan ya bisa punya alat kayak begitu. Saya kenal dan memakai komputer saat saya SMU sekitar tahun 90-an karena jadi kurikulum wajib di sekolah. Softwarenya masih pakai Word Star. Ya ampuuunnnn... jadul amat ya?? hehehehe..  Kalau sekarang, jangankan anak SMP.. anak play group pun sudah mahir menggunakan PC, laptop atau komputer tablet.

Ngomongin internet, jelas jauh bedanya sama jaman saya dulu. Cari informasi apapun cukup mengetikkan kata kunci di mesin pencari. Apapun bisa di lihat lewat yang namanya internet. Makanya warung internet tumbuh bak jamur sekarang. Tugas-tugas sekolah nggak jamannya lagi menggunting-gunting majalah dan koran untuk dijadikan klipping, tinggal cari di internet terus di print. Dunia seakan digenggaman tangan karena lewat hand phone internet juga bisa di akses. Ngrumpi dengan teman-teman sekolah, ngomongin tugas sekolah, nggak perlu harus berkumpul di tempat yang sama. Sambil tiduran mereka bisa ngrumpi dan diskusi di facebook atau di twitter.

Soal hobi tulis menulis, dulu untuk membuat tulisan yang ingin dimuat di sebuah media, harus dikonsep lalu diketik untuk kemudian dikirimkan ke media koran atau majalah. Sarana menyalurkan hobi menulis paling sederhana adalah majalah dinding sekolah. Kalau di muat dan dibaca temen satu sekolah rasanya seneng banget. Sekarang, saya cukup iri dengan anak-anak sekolah yang punya hobi menulis. Banyak tempat untuk menyalurkan hobinya itu, bisa di blog pribadi atau nulis di blog seperti kompasiana. Yaa... kemajuan teknologi memiliki banyak dampak positif untuk anak-anak sekolah, walau nggak mengabaikan dampak negatifnya juga.

Kemajuan jaman memang membawa konsekuensi positif dan negatif. Peran kita orang tua menjadi filter buat anak-anak untuk menyaring hal yang  negatif menjadi sangat penting.  Orang tua juga perlu tahu banyak soal teknologi biar nggak ketinggalan dengan anak-anak sehingga nggak kecolongan. Orang tua juga butuh belajar juga soal ini, kalau nggak tau bertanya pada anak bukan hal yang bisa membuat kita nggak berwibawa di mata anak kan??  (EL)

Mantra Sakti Bernama Sugesti




Kata sugesti sering kita dengar saat seseorang di hipnotis di sebuah acara televisi, "Sugesti diri anda, katakan jika ingin anda katakan, dan jangan katakan jika anda tidak ingin mengatakannya."  Lha koq saya jadi hafal gini ya? hehehe...

Menurut Mas Wiki, sugesti adalah kata serapan dari bahasa Inggris suggestion yang berarti suatu proses psikologis dimana seseorang membimbing pikiran, perasaan atau prilaku orang lain. Dari sini bisa kita menarik benang merah tentang adanya hubungan sugesti dengan hipnotis atau hypnosis. Hypnosis sendiri berasal dari kata "hypnos"  yang merupakan nama dewa tidur dalam mitologi Yunani. Tapi kondisi hypnotis tidak sama dengan tidur karena orang yang sedang tidur tidak menyadari dan tidak mendengar suara-suara di sekitarnya.  

Sedangkan orang yang sedang dalam keadaan  hyposis masih dapat mendengar dan merespon informasi yang diberikan kepadanya. Jelas bahwa sugesti erat hubungannya dengan hipnotis.
Tentu saja saya tidak akan membahas soal hipnotis di sini, tapi membahas tentang kesaktian sebuah mantra bernama sugesti. Kalau hipnotis itu orang lain yang memberikan sugesti kepada kita. Pertanyaannya, apakah sugesti hanya bisa diberikan orang lain untuk kita? Bisakah kita mensugesti diri kita sendiri dalam keadaan tertentu?

Pengalaman soal saktinya mantra bernama sugesti memang saya rasakan. Seperti saat saya belajar nyetir mobil, sebelumnya saya benar-benar nol soal penguasaan mengendarai kendaraan roda empat ini. Lha wong nggak punya mobil hehehe... Sekalinya beli mobil, hanya bisa memandangi dan duduk manis di dalamnya. Padahal waktu itu mobil nggak dipakai suami ke kantor, jadi nganggur deh di rumah. Tapi saya orangnya agak sedikit nekat, jadi saya bilang pada diri sendiri, " Orang lain bisa masa sih saya nggak bisa."

Berbekal ijin suami serta memintanya untuk menjadi instruktur,  mulailah saya belajar mengendarai kendaraan roda empat yang awalnya hanya bisa saya pandangi. Satu jam sehari selama seminggu saya belajar nyetir bersama instruktur pribadi saya itu sampai akhirnya saya bisa. Suatu ketika saya terpaksa harus bawa mobil dan turun ke jalan sendiri (tanpa pendamping) tentu saja saya agak sedikit grogi dan ragu melakukan hal itu (lha baru seminggu belajarnya). Apa yang dikatakan suami pada saya, "Masa sih gitu takut, kamu kan udah bisa.." Sudah dibilangin begitu, gengsi dong saya kalau nggak bisa menerima tantangannya... hehehe.... 
Karena sudah ada modal sulutan tadi, mau tidak mau saya juga sugesti diri saya sendiri bahwa memang saya mampu untuk menaklukkan tantangan ini. Dan nyatanya memang saya bisa dan berteriak, Yes!! I can..  Kalau ini sih kelebihan energi, pake teriak-teriak segala hehehe.....

Hal yang lain yaitu saat saya terpaksa harus berjauhan dengan suami, ditinggal bertugas berbulan-bulan atau ditinggal training keluar negeri berminggu-minggu. Saya yang waktu itu tinggal perantauan yang notabene jauh dari orang tua dan keluarga besar tentu agak sedikit galau saat pertama kali jauh dari belahan jiwa saya itu (cieeee...).  Apa saja harus saya kerjakan sendiri dari mulai urusan dapur, ngurus kebutuhan anak-anak, mendampingi mereka belajar sampai hal-hal yang berurusan dengan urusan laki-laki seperti memperbaiki pompa yang rusak, soal kelistrikan dan sebagainya. Seperti biasa kalau ada masalah, saya katakan pada diri saya bahwa saya itu BISA. Ada semacam tekad dalam diri bahwa pantang meminta bantuan orang lain sebelum saya mencobanya sendiri.

Itu juga yang terjadi ketika saya harus meyiapkan segala sesuatu untuk pindah dari Pekanbaru (Riau) ke Kairo (Mesir). Saya lakukan semuanya sendiri karena kebetulan suami tidak bisa menjemput saya dan anak-anak ke Pekanbaru.  Dari mulai urusan surat pindah sekolah anak-anak sampai urusan packing dan pergi ke Kairo sendiri untuk pertama kalinya bersama 3 orang anak plus barang-barang pindahan. Sempat merasa keteteran dan sedikit pesimis. Teman-teman, tetangga, saudara juga orang tua sempat meragukan kemampuan saya melewati ini semua dengan mulus tapi kata-kata SAYA BISA rupanya menjadi mantra sakti dan sugesti efektif yang membuat saya menjalaninya walaupun dengan sedikit kendala tanpa mengeluh.

Sakit pun ternyata bisa sembuh dengan sugesti. Eitttsss!! bukan berarti tidak perlu dokter loh. Kalau kita sakit lalu kita mengeluh rasanya badan kita yang sakit juga akan bertambah sakit. Coba kalau kita sugesti bahwa kita bisa sembuh, pasti pengobatan akan jadi efektif. Jadi sepertinya, sugesti adalah semacam suntikan untuk psikologis atau jiwa manusia. Dan ini salah satu menghindarkan kita dari yang namanya stress.

Menanamkan sugesti positif seperti ini ternyata menimbulkan energi yang luar biasa pada tubuh kita.  Bukan saja sugesti dari orang lain tapi yang paling penting adalah sugesti dari dalam diri kita sendiri. Sugesti positif erat hubungannya dengan optimis dan positif thinking atau dalam bahasa Al-Qur'an disebut husnudzan. 

Berpikir positif, sugesti positif dan optimis terkait erat dengan kesehatan jiwa karena dapat mengubah keburukan menjadi sesuatu yang baik. Anak-anak juga harus diajarkan sugesti positif  ini sejak dini, jangan biarkan mereka jadi anak manja, tidak yakin pada kemampuan serta selalu tergantung pada orang lain.
Jadi tunggu apa lagi....  hindari mengeluh dan sugesti diri anda dengan kata-kata positif. (EL)

5 Hal Penting Tentang Mencuci Wajah


health.howstuffworks.com


Mencuci wajah dengan benar adalah langkah awal dan krusial dalam merawat kulit wajah. Selain nutrisi produk perawatan kecantikan akan lebih mudah meresap, kulit yang bersih dan sehat akan membantu aplikasi riasan wajah semakin lembut hasilnya. Berikut beberapa hal yang perlu Anda tahu tentang mencuci wajah:

Ini Teknik Yang Benar

Rasa malas membersihkan wajah usai beraktifitas, biasanya membuat kita asal- asalan membersihkan wajah. Padahal tak perlu lama-lama mencuci wajah, yang penting tekniknya tepat. Awali dengan membasahi kulit wajah dengan air hangat, ambil sedikit facial foam, oleskan ke wajah dengan gerakan memutar ke arah atas lalu ke bagian tengah wajah dank e arah luar secara merata. Bilas wajah dengan air dingin. Tak perlu digosok kuat, tapi yang penting lakukan secara merata, agar tak ada sisa riasan yang terbawa tidur dan besoknya Anda harus bangun dengan jerawat baru.

Pilih yang Menenangkan

Pembersih wajah dengan wangi buah atau bunga memang menyenangkan. Tapi, bila pewangi ini mengandung alkohol atau zat pewangi sintetis kadang tidak bersahabat di kulit sensitif. Bagi Anda yang memiliki riwayat wajah sensitif atau mudah kering sebaiknya hindari jenis ini. Pembersih wajah dengan kandungan alami (bebas alkohol) dan berjenis aromatherapy lebih banyak memberi manfaat kesegaran. Wanginya yang lembut dan menenangkan, pasti ampuh mengembalikan mood Anda yang telah lelah beraktifitas seharian.

Cegah Iritasi

Tekstur produk pembersih wajah sangat penting. Umumnya pembersih wajah yang mengandung butiran scrub untuk mengelupas sel kulit mati. Hati-hati. Zat ini berpotensi menyebabkan kemerahan terutama bila kulit terlalu sering dibersihkan atau terlalu kuat digosok. Bila berlangsung terus menerus, kulit berubah menjadi lebih sensitif dan lekas iritasi.

Mitos Kulit Kesat
Kulit kesat setelah membersihkan wajah rasanya menjadi hasil yang diharapkan. Bahkan kita berkali-kali membasuh wajah saat kulit masih terasa ‘agak licin’. Padahal pembersih wajah yang baik tak selalu membuat kulit terasa kesat. Justru tekstur kulit yang terasa lembab menunjukkan bahwa produk pembersih bekerja. Kulit yang terasa kesat itu berarti kelembaban alaminya terkikis.

Cermati Kandungannya

Produk pembersih wajah yang beredar di pasaran saat ini banyak menawarkan banyak kelebihan, seperti mencerahkan, mengangkat komedo, hingga memberi kelembaban sepanjang hari. Hati-hati. Beberapa kandungannya seperti merkuri dan paraben,  tidak hanya menimbulkan iritasi, tapi juga merusak organ tubuh. Produk berbahan kimia memang umumnya lebih sering menimbulkan reaksi alergi di kulit sensitif dibandingkan produk berbahan alami. 

Perhatikan yang boleh dan tidak dalam mencuci muka :

DO

Membasuh tangan dengan sabun antiseptic sebelum mencuci muka. Walau terdengar sepele, tapi ini penting! Karena setelah seharian beraktifitas tangan adalah area tubuh yang paling banyak menyimpan bakteri. Jangan sampai bakteri itu pindah dari tangan ke wajah Anda.

DON’T

Menggunakan sabun mandi untuk membersihkan kulit wajah. Kadar pH (tingkat keasaman sabun) pada sabun mandi lebih keras daripada pembersih wajah. Padahal kulit wajah memiliki tekstur yang lebih lembut daripada kulit tubuh. Pemakaian berkala dapat menyebabkan kadar kelembaban kulit wajah menjadi hilang.


*sumber : Femina

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India