8/04/2012

5 Problem Paling Umum Saat Menyusui




ASI adalah sumber makanan utama dan terbaik untuk bayi. Hampir semua ibu ingin memberikan ASI kepada buah hati mereka, namun sayangnya hal ini seringkali tidak selalu berjalan mulus.

Banyak hal yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI. Meski begitu, sebagian besar tantangan ini umumnya bisa diatasi dengan bantuan konsultan laktasi. Untuk mengetahui lebih lanjut apa saja tantangan yang umum dijumpai saat memberikan ASI, berikut adalah ulasannya seperti yang dipaparkan dalam laman healthychildren.org :

1. Rasa yang berubah

Satu hal yang perlu dipertimbangkan ketika bayi Anda tak mau lagi menyusu adalah apakah rasa ASI Anda telah berubah. Rasa ASI dapat berubah karena beberapa alasan, misalnya mengonsumsi  makanan yang berbeda, pengaruh obat, olahraga berat yang dapat menyebabkan penumpukan sementara asam laktat, infeksi payudara seperti mastitis, perubahan rasa kulit yang disebabkan oleh penggunaan lotion, krim atau minyak pada payudara.

Menghindari faktor pemicu di atas mungkin dapat mendorong bayi untuk menyusui pada tingkat yang normal. Jika Anda mengalami mastitis ( (infeksi pada jaringan payudara), segera konsultasikan ke dokter. Setelah infeksi diobati, rasa ASI anda akan kembali normal.

Jika bayi Anda lebih cepat berhenti menyusu, cobalah memijat payudara Anda dan memompa sedikit susu sebelum Anda mulai menyusui. Dengan cara ini, ASI Anda akan mengalir lebih cepat dan bayi Anda akan merasa lebih puas.

2. Stres

Jika Anda tidak yakin bahwa rasa ASI yang menyebabkan masalah, pertimbangkanlah apakah Anda sedang mengalami ketegangan atau stres. Ketidaknyamanan emosional tersebut dapat dikomunikasikan kepada bayi Anda untuk mengurangi tingkat stres. Seorang ibu memang tidak bisa selalu bebas dari stres, tetapi untuk saat-saat tertentu (sebelum menyusui), lakukanlah kegiatan yang menyenangkan yang bisa membuat pikiran Anda rileks. Mengambil waktu untuk santai sejenak tidak hanya membantu bayi Anda mendapatkan lebih banyak ASI tetapi juga menurunkan tingkat stres pada diri Anda sendiri.

3. Penyakit

Adanya penyakit tertentu yang dialami bayi mungkin akan membuatnya lebih sulit untuk menyusui. Menurunnya minat makan yang disertai kelesuan, muntah demam, atau diare, batuk, atau kesulitan bernapas mungkin mengindikasikan suatu penyakit tertentu. Konsultasikan kepada dokter anak atau dokter keluarga jika bayi Anda menolak makan.

Penyakit pada bayi dapat mempengaruhi pola makan bayi sehingga menurunkan jumlah ASI yang diterimanya. Jika bayi Anda mengalami pilek dan menyebabkan hidung tersumbat, mungkin akan sulit baginya untuk bernapas saat makan. Membersihkan saluran hidung bayi dengan semprotan sebelum makan dapat membantu mengatasi sumbatan pada hidung untuk sementara. Masalah lain seperti ingin tumbuh gigi juga dapat menyebabkan sakit gusi saat menyusui.

4. Gumoh

Gumoh adalah kondisi yang seringkali menimpa hampir setiap bayi. Namun sebenarnya kondisi ini tidak perlu terlalu dikhwatirkan. Selama bayi Anda tampak nyaman dan tidak mengalami masalah berat badan, hal itu tampaknya bukan menjadi masalah serius. Tetapi bila gumoh terlalu sering dialami oleh bayi, memang harus diwaspadai. Bisa jadi ini adalah gejala gastroesophageal reflux disease (GERD), sehingga perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Gumoh sebetulnya dapat diminimalkan dengan membuat suasana menyusui tenang dan santai. Hindari interupsi, suara yang mengagetkan bayi, cahaya terang, dan gangguan lainnya. Cobalah untuk menggendong bayi Anda lebih tegak selama dan setelah menyusui. Jangan mengajak bayi Anda bermain segera setelah ia selesai menyusu.

Jika bayi Anda muntah beberapa kali dan melihat darah atau warna hijau gelap ketika ia muntah, hubungi dokter anak segera. Biasanya dokter akan memantau berat badannya dan memeriksa tanda-tanda penyakit yang lebih serius.

5. Dehidrasi

Cara terbaik untuk memastikan bayi Anda mendapatkan cukup ASI adalah untuk memantau kondisi fisiknya, berat badan, dan isi popoknya. Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika Anda melihat anak Anda tidak menunjukkan minat makanan, mulut atau mata kering, atau memproduksi popok basah lebih sedikit dari biasanya. Ini mungkin tanda-tanda dehidrasi. Dehidrasi berat umumnya jarang terjadi pada bayi yang cukup mendapat ASI. Dehidrasi pada bayi bisa sangat berbahaya atau bahkan mengancam jiwa dan yang paling mungkin terjadi ketika bayi menolak untuk makan, sering muntah atau diare.


Sumber : health.kompas.com

ASI: Cairan Ajaib Yang Selamatkan Bayiku


Ini adalah kisah luar biasa tentang perjuangan seorang ibu yang ingin memberikan ASI kepada sang buah hati yang lahir dalam kondisi kritis.

Walau dalam keadaan terbaring lemah pascaoperasi dan terpukul setelah kehilangan salah satu bayinya, ibu bernama Lia Muzdalifah ini tidak gampang menyerah.  Ia terus berupaya keras untuk mengeluarkan ASI dari payudaranya.

Dengan modal semangat dan dukungan dari orang terdekat, kerja keras Lia akhirnya membuahkan hasil yang manis. Secara bertahap ia mampu meningkatkan produksi ASI-nya dan menyelamatkan sang buah hati yang kini sudah tumbuh dan berkembang menjadi bayi sehat.

Berikut ini adalah kisah inspiratif Lia seperti yang ia tuturkan dalam website AIMI :

Lia dan Abell sang buah hati


Ketika mengetahui bahwa aku hamil kembar identik (satu kantung kehamilan), rasanya aku bahagia sekali. Aku akan dikarunia dua bayi sekaligus! Setiap bulan aku rutin memeriksakan kandungan ke dokter, untuk memastikan kedua bayiku tumbuh sehat di dalam rahimku. Kedua bayi tampak sangat sehat menurut dokterku, hingga kontrol terakhir pada usia kandungan 6 bulan.

Ternyata Tuhan berkehendak lain

Pada usia kandungan sekitar 6,5 bulan, keluar cairan bening yang banyak sekali dari vagina. Aku hubungi dokter dan beliau bilang tidak apa-apa, kemungkinan hanya akibat peregangan. Namun aku kemudian merasa kesakitan dan ada flek berupa darah segar. Pada hari Senin, 28 Maret 2011, dari kantor, aku segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, sesuai arahan dokter kandungan.

Ternyata menurut hasil USG, salah satu bayiku sudah meninggal. Rasa sedih tak terkira kurasakan waktu itu.

Setelah berkonsultasi dengan dokter, kami sepakat untuk menahan kelahiran bayi yg selamat setidaknya hingga berat badannya cukup dan usia kandungan lewat 7 bulan. Tapi ternyata badanku sudah tidak sanggup menahan kontraksi-kontraksi yang terjadi. Ternyata sudah ada pembukaan 3 cm yang terhalang dengan semacam balon.

Pada hari ke-3 aku dipindahkan ke RS yang lebih besar karena aku semakin kesakitan, demam, kontraksi terus menerus, dan HB turun terus. Kondisiku semakin melemah ditambah lagi harus menahan semua obat-obatan yang masuk (termasuk penahan kontraksi yang akhirnya membuat jantungku tidak kuat). Di RS ini aku bertahan hingga hampir 2 minggu. Namun kondisiku terus melemah sehingga keluarga memutuskan agar aku segera melahirkan bayiku.

Hari Jum’at, 8 April 2011 aku menjalani operasi caesar dan melahirkan bayi kembarku. Annabelle (Abelle) selamat dengan berat badan 934 gram. Sedangkan Isabelle meninggal dan dimakamkan esok harinya oleh suami dan ibuku serta keluarga besarku.

ASI untuk hidup bayiku

Saat dirawat pasca melahirkan, para perawat bertanya apakah ASI sudah keluar. Dalam suasana duka yang terasa berat, aku kebingungan. Perawat mencoba memencet dan memijat payudaraku, tidak ada ASI yang keluar hingga beberapa hari. Sempat terpikir untuk menghubungi AIMI untuk meminta bantuan, tapi waktu itu rasanya aku tidak punya tenaga untuk berpikir. Padahal aku baru saja menjadi anggota AIMI dan menerima paket member saat dirawat di RS.

Aku baru bisa menemui Abelle pada hari ke-3, di ruang NICU. Dia begitu mungil dan kelihatan tidak berdaya.  Banyak yang dialami Abelle, mulai dari kuning, menjalani cuci darah, nyaris menjalani operasi penutupan saluran jantung dan lain-lain. Syukurlah beberapa teman kantorku bersedia menjadi donor darah buat Abelle. Sementara ASI ku belum keluar, Abelle diberikan cairan NaCl (kalau tidak salah) melalui tali pusarnya yang disambung dengan semacam selang kecil seolah-olah tali pusar masih tersambung dengan ibu.

Aku berniat tidak membiarkan Abelle diberi formula. Aku bertekad bagaimanapun caranya, ASI ku harus keluar! Hanya ASI yang baik untuk perkembangan berat badan dan kesehatannya. Semua dokter dan perawat mengatakan bahwa ASI penting sekali untuk perkembangan bayi prematur.

Mendengar penjelasan dokter dan perawat, aku makin stress karena ASI masih belum keluar. Tapi aku terus berusaha. Memijat, mengompres terus aku lakukan walau belum kelihatan hasilnya. Semua teman dan keluarga selalu memberi dukungan, khususnya Mamaku dan suamiku.

Akhirnya suatu hari keluar sedikit cairan bening seperti susu. Subhanallah. Aku meneteskan air mata saat itu. ASI hanya keluar setetes demi setetes, namun aku terus berusaha. Dalam waktu 2-3 jam aku berhasil mendapatkan 5-6 ml ASI. Walau sedikit, aku merasa sangat bahagia dan langsung aku antar untuk Abelle di ruang NICU. Keesokan harinya aku pompa lagi dan dalam 2 jam dapat 10 ml. Aku makin semangat.

Hari demi hari, aku jalani dengan niat dan semangat. ASI-ku harus ada untuk asupan bayiku yang sangat membutuhkannya. Alhamdulillah, hari demi hari ASI terus bertambah. Dari 2 jam 10 ml, menjadi 20 ml, 30ml. Dari 2 jam menjadi 1 jam. Sekarang aku bisa memompa 100-250 ml dalam 15 – 20 menit. Subhanallah.

Saat itulah aku percaya, jika kita terus berusaha, pasti akan berhasil, dalam keadaan apapun. Ternyata benar kata orang, setiap wanita pasti bisa menyusui, termasuk aku. Melahirkan bayi prematur, dalam keadaan sakit. Dengan semangat dan niat, akhirnya berhasil juga memproduksi ASI yang cukup.

Abelle akhirnya bisa pulang ke rumah pada 3 Juni 2011 di usia hampir 2 bulan dengan BB 1,770 kg.

Menikmati perjuangan

Alhamdulillah hingga kini Abelle hanya minum ASI dari aku saja. Selama 3 hari pertama ia dipuasakan, dan hanya dengan cairan NaCl melalui tali pusar hingga aku dapat menyetor ASI kepada Abelle.

Sekarang Abelle sudah menginjak usia 7 bulan sejak usia kelahirannya dan masih full ASI. Berat badannya sudah lebih dari 5 kg! Abelle belum diberikan MPASI, karena dokter menyarankan untuk menunda MPASI dulu.

Aku sadar perjuanganku tidak berhenti sampai disini. Setelah cuti dari pekerjaan selama 6 bulan lamanya, aku kembali bekerja sebulan yang lalu. Rasa khawatir sempat menyerang, pikiran dipenuhi akan cukup atau tidak ASI-ku untuk Abelle serta bagaimana manajemen ASIP di hari-hari yang sangat sibuk.

Aku menyampaikan pada rekan kerja dan atasan bahwa pada jam kerja aku akan meminta izin untuk memompa ASI. Syukurlah mereka bisa mengerti. Sekarang tugasku adalah semangat dan rajin memompa!

Walau kadang-kadang jumlah ASIP yang diminum Abelle lebih banyak daripada yang aku perah, namun Alhamdulillah hingga hari ini ASIP untuk Abelle cukup dan ready stock hehehe. Namun, aku selalu susui Abelle langsung jika aku di rumah. Sempat mesin pompa rusak, masya Allah paniknya setengah mati, karena sudah sangat cocok dengan produk tersebut. Akhirnya aku mulai belajar memerah dengan tangan, Subhanallah ternyata mudah!

Menyusui itu berkah

Untuk para ibu dan calon ibu, semangat terus yaaa. Never give up! Give the best for your baby(ies). Anak adalah berkah dan amanat dari Tuhan yang tak ternilai. ASI lah yang terbaik untuk anak kita.

Merasa sedih, ketakutan hingga menangis, berkali-kali aku alami tapi aku berusaha untuk kembali positive thinking. Suami terus mendukung dan menyemangatiku. Sekarang aku percaya bahwa setiap Ibu pasti bisa menyusui.

Mohon doa agar anakku Annabelle Maleeka Victoria Putransyah selalu disehatkan dan disempurnakan tumbuh kembangnya. Semoga aku bisa lanjuuuutt menyusuinya sampai semaksimal yang aku mampu. Aamiin.

PS. Terimakasih Ayah Alfa yang sudah sangat baik dan sangat supportive selama ini, Ibu tidak bisa lakukan ini semua tanpa dukungan Ayah… (hiks hiks terharu lagi)…

7/26/2012

Kenapa di Mesir Harga Bahan Pokok Tak Pernah Naik Ya??


Di Indonesia kenaikan harga barang-barang kebutuhan dapur yang mendadak melambung sepertinya menjadi hal lumrah kita dengar terutama saat menjelang Ramadhan dan lebaran. Naiknya permintaan tanpa disertai tersedianya barang menjadi alasan harga barang melambung. Ada yang bilang kenaikan ini wajar, ada pula yang mengatakan bahwa kenaikan ini adalah kebiasaan buruk tahunan. Entah ini sengaja atau memang tidak dipersiapkan sebelumnya, yang jelas stok barang kebutuhan seakan menipis menjelang bulan puasa.

Tulisan mbak Ilyani Sudardjat tentang kemungkinan naiknya harga cabe karena gagal panen dan langkanya kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe juga semakin menambah panjang "penderitaan" konsumen. Bahkan beberapa hari menjelang bulan ramadhan (18/7) saya sempat membaca disebuah media online bahwa harga ayam di Kotabaru, Kalimantan Selatan mencapai 100 ribu rupiah per ekor. Wah..!

Waktu tinggal di Pekanbaru, "pedas"nya harga cabe juga beberapa kali saya rasakan. Waktu itu harga cabe pernah menyentuh harga 80 ribu rupiah/kg. Untungnya saya bukan mania cabe, jadi kenaikan harganya tak berpengaruh banyak pada sendi-sendi perekomian keluarga... hehehe.
Tidak hanya itu, beberapa isu juga bisa menyebabkan kenaikan harga bahan kebutuhan pokok hingga kadang tak terkendali. Misalnya saja isu kenaikan gaji PNS atau isu naiknya harga BBM, belum terlaksana harga barang di pasar sudah naik duluan.

Harga Bahan Pokok di Mesir

Hampir setahun saya tinggal di Kairo, tentu saja saya sudah akrab dengan urusan yang berbau pasar di kota ini. Maklumlah saya ibu rumah tangga yang terlanjur cinta dengan dapur jadi urusan ke pasar sudah menjadi wilayah kekuasaan saya. Tiap minggu saya memang wajib berurusan dengan pasar dan isinya karena kalau tidak, kulkas di rumah bakalan kosong tak berpenghuni hehehe..

Nah, karena saya sudah akrab dengan aroma pasar maka saya tahu banyak soal harga barang-barang kebutuhan dapur di pasar. Beras, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, ikan, sayur mayur, buah, bawang merah, bawang putih, sampai cabe merah yang sebelumnya saya pikir tidak tersedia di pasar tradisional Kairo. Sejak pertama saya berbelanja di sebuah pasar di daerah Maadi dekat tempat tinggal saya hingga saat ini, hampir tak pernah saya menemukan kenaikan harga yang signifikan. Padahal beberapa momen besar seperti lebaran Idul Fitri dan Idul Adha juga Ramadhan seperti sekarang saya lalui di Kairo.

Misalnya saja harga bawang merah yang hanya 2 LE (Rp. 3000)/kg, harga itu sudah sejak lama bahkan kata mahasiswa di sini sudah bertahun-tahun harganya ya segitu-gitu saja. Harga daging sapi juga begitu, kalau daging sapi negeri harganya 48-50 LE/kg sedangkan daging sapi beku (impor) harganya berkisar 30-32 LE harga itu tak beranjak saat Idul Fitri dan Ramadhan. Kalau daging ayam, harga perkilonya 15 LE tapi sempat mengalami kenaikan juga sampai 20 LE/kg namun berbalik normal selang 2 minggu, kenaikan itu juga bukan karena momen istimewa.

Kalau cabe nih, harga perkilonya biasanya 4-5 LE tapi beberapa bulan yang lalu pernah naik hingga 20 LE/kg. Sempat mengalami kelangkaan juga tapi berangsur normal 2 bulan terakhir. Pernah saya beli cabe yang harganya 20 LE/kg, seminggu kemudian saya membeli lagi di tempat yang sama harganya jadi 5 LE/kg wahhh.... cepet banget nih turunnya, gumam saya dalam hati.  Beras juga, harga beras yang biasa saya beli adalah  5 LE/kg setara dengan Rp.7.500, kata mahasiswa beras yang mereka beli malah hanya 90 LE sekarung yang isinya 25 kg. Murah banget ya...

Pokoknya selama saya di Kairo, urusan harga bahan kebutuhan dapur tak pernah naik gila-gilaan. Ditambah lagi harga gas LPG yang sangat murah, sebulan saya hanya membayar 10 LE alias hanya Rp. 15.000 saja. Bandingkan dengan di Indonesia, per tabung isi 12 kg harganya Rp. 85.000 kalau normal tapi kalau pas langka harganya bisa melambung jadi di atas Rp. 100.000 per tabung.

Lahan pertanian di Mesir

1334830894667676170
Salah satu lahan pertanian di Kairo

Sebenarnya jika dibandingkan lahan pertanian di Indonesia, Mesir hanya punya secuil tanah subur yang letaknya di delta sungai Nil selebihnya ya tanah gurun gersang nan tandus. Curah hujan di Mesir hanya maksimal 4 kali dalam setahun, jadi pengairannya cukup mengandalkan sungai Nil saja. Indonesia kita tahu adalah negara agraris  iklim tropis dan curah hujan tinggi sehingga tanahnya sangat ideal untuk pertanian dan perkebunan. Kata Koes Plus kan tanah kita tanah surga sampai-sampai kayu pun bisa ditanam dan dimakan.

Tapi saya heran, dengan lahan pertanian yang secuil itu Mesir bisa memenuhi kebutuhan bahan-bahan pokok warganya dan stoknya tak pernah kurang hingga harga-harga barang relatif stabil. Buah-buahan, sayuran selalu tersedia tanpa mengimpor. Beras juga begitu, entah dimana lahan untuk menanam padi saya pun belum pernah melihatnya. Saya hanya pernah melihat lahan gandum di Kairo karena memang gandum adalah bahan utama pembuat roti yang merupakan makanan pokok orang Mesir.

Soal porsi makan orang Mesir, jangan ditanya deh.. dibandingkan kita orang Indonesia mereka 3 kali lipat porsi makan kita. Setengah ayam hanya untuk sekali makan. Saya pun semakin heran, kenapa dengan kebutuhan makan yang sedemikian jumbo, stok bahannya tak pernah berkurang.

Indonesia Negara Pengimpor??

Negara kita kaya dengan sumber daya alam, namun kerapkali mengimpor sesuatu yang sebenarnya sangat mudah di produksi di dalam negeri. Misalnya saja kedelai, beras, ikan bahkan singkong. Kan jadi aneh kalau disebut negara agraris tapi petaninya miskin lalu jadi negara pengimpor beras yang notabene adalah makanan pokok warganya.
Masa sih kalah dengan Mesir yang punya lahan secuil tapi bisa selalu memenuhi kebutuhan warganya dengan harga yang murah. Saya sih bukan pengamat ekonomi ataupun pakar pertanian jadi saya pun tidak tahu kenapa bisa begitu...  :D

Salam hangat..

*sumber : Tulisan saya di Kompasiana

7/16/2012

Menghitung Rasio Keuangan Keluarga

123rf.com

Menghitung rasio keuangan keluarga merupakan langkah kedua dari cek finansial. Setelah membuat rincian berapa pengeluaran dan pemasukan per bulan, aset bersih yaitu aset dikurangi utang, langkah selanjutnya adalah menghitung rasio-rasio keuangan keluarga.

"Ada beberapa rasio yang penting. Dari pemeriksaan finansial ini dapat diidentifikasi masalah keuangan kita. Pengecekan finansial merupakan langkah awal," kata Mada Aryanugraha, perencana keuangan dari Akbar Financial Check-up.

Rasio pertama adalah rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan keluarga mengubah aset menjadi uang tunai dengan segera. Uang tunai merupakan aset yang paling likuid, sedangkan tanah dan properti paling tidak likuid karena akan diperlukan waktu lama untuk menjadikannya uang tunai.

Aset likuid ini antara lain digunakan untuk membayar pengeluaran bulanan keluarga. Misalnya dalam keadaan tertentu kepala keluarga tidak dapat bekerja dan tidak menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan, maka akan diperlukan aset yang mudah dicairkan agar dapat menutupi keperluan keluarga sehari-hari.

Untuk mengukurnya, bandingkan antara aset likuid berupa uang tunai, tabungan, dan deposito dengan kebutuhan rata-rata dalam satu bulan. Misalnya aset likuid itu berjumlah Rp 10.000.000, sementara pengeluaran sebesar Rp 3.000.000 maka akan dihasilkan 10.000.000 : 3.000.000 = 3,3. Artinya, aset likuid ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut selama 3 bulan dan 10 hari.

Idealnya, rasio yang disarankan antara 3 dan 6 bulan. Maknanya, sebuah keluarga idealnya memiliki aset likuid yang dapat menghidupi mereka selama 3 hingga 6 bulan jika tidak ada penghasilan. Aset likuid ini dapat dialokasikan sebagai dana darurat.

Porsi aset likuid ini maksimal 15 persen dari total aset yang dimiliki. Jika keluarga terlalu banyak memiliki aset likuid, dikhawatirkan investasinya tidak berkembang maksimal, sementara jika terlalu sedikit aset likuidnya, akan kesulitan jika memerlukan dana dadakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, Anda harus berutang ke kanan-kiri, yang berarti juga  menimbulkan masalah baru.

Rasio kedua adalah rasio utang. Rasio ini mengukur perbandingan total pembayaran utang dengan total pendapatan. Hitunglah total utang yang harus dibayar selama satu bulan dengan total pendapatan dalam satu bulan. Utang itu dapat berupa cicilan Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Tanpa Agunan, Kredit Kepemilikan Kendaraan, utang kartu kredit, utang koperasi, atau utang kepada tetangga.

Misalnya, jika jumlah total utang yang harus dibayar dalam satu bulan sebesar Rp 3.000.000, sementara total pendapatan sebesar Rp 10.000.000, berarti Rp 3.000.000: Rp 10.000.000 = 30 persen. Berarti, sebanyak 30 persen dari total penghasilan akan digunakan untuk membayar utang.

Rasio utang maksimum yang ideal adalah 30 persen. Jika total utang yang harus dibayar lebih dari 30 persen, akan membuat pengeluaran terganggu. Akibatnya, terlalu banyak porsi untuk membayar utang sehingga kita tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk berinvestasi.

Rasio selanjutnya adalah rasio total kekayaan bersih dibandingkan dengan total aset (solvency ratio). Aset bersih didapatkan dari  aset yang Anda miliki dikurangi dengan utang. Misalkan Anda memiliki rumah seharga Rp 500.000.000, tetapi masih berutang kepada bank sebesar Rp 400.000.000, berarti aset bersih Anda hanya Rp 100.000.000 saja.

Contoh perhitunganya, sebuah keluarga memiliki aset bersih sebesar Rp 100.000.000 dengan kekayaan bersih sebesar Rp 20.000.000 maka jika Rp 20.000.000 : Rp 100.000.000 maka didapatkan 20 persen.

Rasio ini sama sekali tidak sehat. Masalahnya, dengan rasio hanya 20 persen sebenarnya Anda tidak mampu menutupi utang Anda dengan aset yang Anda miliki. Akibatnya, Anda dapat mengalami kebangkrutan.

Idealnya rasio ini harus di atas 35 persen. Rasio selanjutnya adalah rasio tabungan. Rasio ini berguna untuk mengukur kekuatan sebuah keluarga dalam menabung atau berinvestasi untuk keperluan di masa datang.

Untuk menghitungnya, bandingkanlah jumlah uang ditabung untuk tujuan investasi dengan pendapatan Anda. Ambil contoh, sebuah keluarga dengan jumlah tabungan atau investasi sebesar Rp 10.000.000 setahun sementara pendapatannya sebesar Rp 100.000.000 maka perhitungannya Rp 10.000.000: 100.000.000 = 10 persen.

Idealnya, minimal Anda menyisihkan pendapatan sebesar 10 untuk ditabung atau diinvestasikan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan seperti dana pendidikan anak atau pensiun.

Rasio yang tidak kalah penting adalah rasio aset investasi berbanding kekayaan bersih. Rasio ini membantu kita untuk melihat kekuatan investasi dalam menopang kehidupan keluarga.

Cara menghitungnya, bandingkan pendapatan dari aset investasi dengan total kekayaan bersih. Misalnya, jika sebuah keluarga memiliki total aset senilai Rp 100.000.000 dengan total utang sebesar Rp 20.000.000, berarti kekayaan bersihnya sebesar Rp 80.000.000. Sementara pendapatan dari aset investasi berupa keuntungan bisnis, bunga, pembagian dividen, uang sewa properti, kenaikan nilai aktiva bersih, kenaikan harga saham, dan lainnya sebesar Rp 2.000.000. Jadi perhitungan rasionya Rp 2.000.000 : Rp 80.000.000 = 2,5 persen.

Angka 2,5 persen menunjukkan bahwa sebesar 2,5 persen aset dari keluarga ini diperoleh dari hasil investasi. Semakin besar persentase pendapatan dari hasil investasi akan semakin baik karena keluarga tersebut tidak bergantung pada gaji saja. Penghasilan dari investasi seperti ini juga disebut penghasilan pasif.

Menurut beberapa perencana keuangan, jumlah aset investasi sebaiknya lebih dari 50 persen dari total kekayaan keluarga. Dengan rutin berinvestasi, secara perlahan rasio ideal ini akan dapat dicapai.

Yuk kita hitung rasio keuangan keluarga ...

*Sumber : KompasFemale



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India