slucksblog.com |
Saya agak sedikit bingung ketika suatu siang seorang teman datang ke rumah sambil menangis. Sebut saja, Rosi nama teman saya ini, bercerita bahwa SMS dan telponnya tidak dijawab oleh sang suami. Dan menurut Rosi suaminya sudah beberapa hari pulang terlambat dari kantor. Rosi curiga suaminya selingkuh dengan teman sekantornya. Beberapa kali Rosi datang ke rumah saya dengan cerita yang nyaris sama, telpon dan SMS nggak pernah dijawab, pulang terlambat, dan kecurigaan lainnya. Dan setiap kali cerita selalu diiringi dengan deraian air mata. Bahkan sampai pernah terlontar kata-kata ingin cerai. Perang mulut seringkali terjadi antara Rosi dan suami karena rasa cemburu dan kecurigaannya. Kadang-kadang perang mulut ini terjadi sepulang suami dari kantor.
Saya sebagai teman dekat tentu saja hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan memberikan sedikit nasehat tanpa ikut masuk dalam lingkaran masalahnya. Saya sering bilang kepada Rosi, untuk mencoba berpikir positif tentang suaminya ini. Kalau telepon atau SMS tidak dijawab mungkin saja suami memang sedang sibuk hingga tidak sempat membalasnya. Jika suami pulang malam mungkin saja banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya. Berulangkali saya katakan kepadanya untuk mengurangi rasa curiga yang kadang tanpa dasar dan cemburu yang kelewat berlebihan itu. Perceraian rasanya bukan solusi yang baik untuk masalah seperti ini. Lagipula usia perkawinan Rosi sudah 9 tahun, perceraian menurut saya bukan keputusan yang bijak. Hanya emosional saja dan mementingkan ego.
Beberapa waktu berselang, Rosi rupanya menuruti nasehat saya. Dia tidak lagi kalang kabut jika suaminya pulang terlambat, tidak lagi gelisah jika telepon dan SMS tidak dibalas. Dia melayani suami dengan baik dan tidak terlalu banyak ngomel seperti biasa. Pokoknya perubahannya cukup signifikan menurut saya. Tapi apa yang terjadi...???? Keadaan berbalik 180 derajat, entah apa penyebabnya sekarang si suami yang terkesan protektif pada Rosi. Kalau dulu Rosi yang suka curiga saat suami pulang terlambat, kini suaminya yang suka curiga jika terlambat sampai rumah ketika menjemput anak-anaknya dari sekolah atau tempat ngaji. Sampai-sampai menurut Rosi, spedometer motornya dicatat oleh si suami untuk memastikan Rosi tidak kemana-mana setelah menjemput anak-anaknya. Hmmmm...
Menurut Rosi, suaminya berbalik cemburu kepadanya mungkin karena sikapnya kini jauh berubah. Mungkin di mata suaminya, Rosi bukan seperti yang dulu yang sukanya cemburu dan curigaan. Jadi Perubahan sikap Rosi rupanya menimbulkan keanehan di mata sang suami. Dan Diah bilang kepada saya, bahwa ternyata di cemburui dan dicurigai itu sangat tidak enak. Nah lo....
Jadi apa sih sebenarnya cemburu itu? Apakah cemburu sama dengan curiga? Benarkah cemburu itu wujud dari rasa cinta kita kepada pasangan?
Cemburu dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah rasa tidak senang karena orang lain beruntung, kurang percaya atau curiga. Namun dalam sebuah perkawinan atau suatu hubungan, cemburu itu adalah perasaan tidak ingin dinomor duakan oleh pasangan yang terjadi karena perasaan memiliki yang besar. Cemburu, sebenarnya adalah bumbu dalam sebuah perkawinan. Jika anda tidak merasa cemburu jika misalnya suami jalan berdua dengan wanita lain atau sebaliknya, mungkin perlu dipertanyakan juga besarnya cinta anda kepada pasangan. Tetapi cemburu tidak lagi bisa dikatakan sebagai bumbu dalam perkawinan jika melebihi kewajaran. Cemburu yang berlebihan biasanya dilandasi oleh kecurigaan dan ketidak percayaan pada pasangan kita. Padahal saling percaya dan saling menjaga kepercayaan pada pasangan adalah pondasi dasar dalam sebuah perkawinan selain rasa cinta tentu saja.
Jadi bener dong kata orang kalau cemburu itu tanda cinta??? Asal nggak kelewatan, membabi buta hingga membutakan hati, cemburu diperbolehkan dan sah-sah saja. Karena cemburu yang dilandasi kecurigaan berlebihan akan menimbulkan ketidak nyamanan dalam suatu hubungan. Kalau merasa cemburu, katakan terus terang sehingga pasangan tahu bahwa kita cemburu tapi jangan sambil ngamuk-ngamuk, bisa lain hasilnya. Semua kan bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik.
Dan jangan sampai cemburu menguras hati.... capek soalnya.. hehehehe... (EL)