Ini adalah kisah luar biasa tentang perjuangan
seorang ibu yang ingin memberikan ASI kepada sang buah hati yang lahir dalam
kondisi kritis.
Walau dalam keadaan terbaring lemah pascaoperasi dan
terpukul setelah kehilangan salah satu bayinya, ibu bernama Lia Muzdalifah ini
tidak gampang menyerah. Ia terus
berupaya keras untuk mengeluarkan ASI dari payudaranya.
Dengan modal semangat dan dukungan dari orang terdekat,
kerja keras Lia akhirnya membuahkan hasil yang manis. Secara bertahap ia mampu
meningkatkan produksi ASI-nya dan menyelamatkan sang buah hati yang kini sudah
tumbuh dan berkembang menjadi bayi sehat.
Berikut ini adalah kisah inspiratif Lia seperti yang ia
tuturkan dalam website AIMI :
Lia dan Abell sang buah hati |
Ketika mengetahui bahwa aku hamil kembar identik (satu
kantung kehamilan), rasanya aku bahagia sekali. Aku akan dikarunia dua bayi
sekaligus! Setiap bulan aku rutin memeriksakan kandungan ke dokter, untuk
memastikan kedua bayiku tumbuh sehat di dalam rahimku. Kedua bayi tampak sangat
sehat menurut dokterku, hingga kontrol terakhir pada usia kandungan 6 bulan.
Ternyata Tuhan berkehendak lain
Pada usia kandungan sekitar 6,5 bulan, keluar cairan bening
yang banyak sekali dari vagina. Aku hubungi dokter dan beliau bilang tidak
apa-apa, kemungkinan hanya akibat peregangan. Namun aku kemudian merasa
kesakitan dan ada flek berupa darah segar. Pada hari Senin, 28 Maret 2011, dari
kantor, aku segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, sesuai arahan dokter
kandungan.
Ternyata menurut hasil USG, salah satu bayiku sudah
meninggal. Rasa sedih tak terkira kurasakan waktu itu.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, kami sepakat untuk
menahan kelahiran bayi yg selamat setidaknya hingga berat badannya cukup dan
usia kandungan lewat 7 bulan. Tapi ternyata badanku sudah tidak sanggup menahan
kontraksi-kontraksi yang terjadi. Ternyata sudah ada pembukaan 3 cm yang
terhalang dengan semacam balon.
Pada hari ke-3 aku dipindahkan ke RS yang lebih besar karena
aku semakin kesakitan, demam, kontraksi terus menerus, dan HB turun terus.
Kondisiku semakin melemah ditambah lagi harus menahan semua obat-obatan yang
masuk (termasuk penahan kontraksi yang akhirnya membuat jantungku tidak kuat).
Di RS ini aku bertahan hingga hampir 2 minggu. Namun kondisiku terus melemah
sehingga keluarga memutuskan agar aku segera melahirkan bayiku.
Hari Jum’at, 8 April 2011 aku menjalani operasi caesar dan
melahirkan bayi kembarku. Annabelle (Abelle) selamat dengan berat badan 934
gram. Sedangkan Isabelle meninggal dan dimakamkan esok harinya oleh suami dan
ibuku serta keluarga besarku.
ASI untuk hidup bayiku
Saat dirawat pasca melahirkan, para perawat bertanya apakah
ASI sudah keluar. Dalam suasana duka yang terasa berat, aku kebingungan.
Perawat mencoba memencet dan memijat payudaraku, tidak ada ASI yang keluar
hingga beberapa hari. Sempat terpikir untuk menghubungi AIMI untuk meminta
bantuan, tapi waktu itu rasanya aku tidak punya tenaga untuk berpikir. Padahal
aku baru saja menjadi anggota AIMI dan menerima paket member saat dirawat di
RS.
Aku baru bisa menemui Abelle pada hari ke-3, di ruang NICU.
Dia begitu mungil dan kelihatan tidak berdaya.
Banyak yang dialami Abelle, mulai dari kuning, menjalani cuci darah,
nyaris menjalani operasi penutupan saluran jantung dan lain-lain. Syukurlah
beberapa teman kantorku bersedia menjadi donor darah buat Abelle. Sementara ASI
ku belum keluar, Abelle diberikan cairan NaCl (kalau tidak salah) melalui tali
pusarnya yang disambung dengan semacam selang kecil seolah-olah tali pusar
masih tersambung dengan ibu.
Aku berniat tidak membiarkan Abelle diberi formula. Aku
bertekad bagaimanapun caranya, ASI ku harus keluar! Hanya ASI yang baik untuk
perkembangan berat badan dan kesehatannya. Semua dokter dan perawat mengatakan
bahwa ASI penting sekali untuk perkembangan bayi prematur.
Mendengar penjelasan dokter dan perawat, aku makin stress
karena ASI masih belum keluar. Tapi aku terus berusaha. Memijat, mengompres
terus aku lakukan walau belum kelihatan hasilnya. Semua teman dan keluarga
selalu memberi dukungan, khususnya Mamaku dan suamiku.
Akhirnya suatu hari keluar sedikit cairan bening seperti
susu. Subhanallah. Aku meneteskan air mata saat itu. ASI hanya keluar setetes
demi setetes, namun aku terus berusaha. Dalam waktu 2-3 jam aku berhasil
mendapatkan 5-6 ml ASI. Walau sedikit, aku merasa sangat bahagia dan langsung
aku antar untuk Abelle di ruang NICU. Keesokan harinya aku pompa lagi dan dalam
2 jam dapat 10 ml. Aku makin semangat.
Hari demi hari, aku jalani dengan niat dan semangat. ASI-ku
harus ada untuk asupan bayiku yang sangat membutuhkannya. Alhamdulillah, hari
demi hari ASI terus bertambah. Dari 2 jam 10 ml, menjadi 20 ml, 30ml. Dari 2
jam menjadi 1 jam. Sekarang aku bisa memompa 100-250 ml dalam 15 – 20 menit.
Subhanallah.
Saat itulah aku percaya, jika kita terus berusaha, pasti
akan berhasil, dalam keadaan apapun. Ternyata benar kata orang, setiap wanita
pasti bisa menyusui, termasuk aku. Melahirkan bayi prematur, dalam keadaan
sakit. Dengan semangat dan niat, akhirnya berhasil juga memproduksi ASI yang
cukup.
Abelle akhirnya bisa pulang ke rumah pada 3 Juni 2011 di
usia hampir 2 bulan dengan BB 1,770 kg.
Menikmati perjuangan
Alhamdulillah hingga kini Abelle hanya minum ASI dari aku
saja. Selama 3 hari pertama ia dipuasakan, dan hanya dengan cairan NaCl melalui
tali pusar hingga aku dapat menyetor ASI kepada Abelle.
Sekarang Abelle sudah menginjak usia 7 bulan sejak usia
kelahirannya dan masih full ASI. Berat badannya sudah lebih dari 5 kg! Abelle
belum diberikan MPASI, karena dokter menyarankan untuk menunda MPASI dulu.
Aku sadar perjuanganku tidak berhenti sampai disini. Setelah
cuti dari pekerjaan selama 6 bulan lamanya, aku kembali bekerja sebulan yang
lalu. Rasa khawatir sempat menyerang, pikiran dipenuhi akan cukup atau tidak
ASI-ku untuk Abelle serta bagaimana manajemen ASIP di hari-hari yang sangat
sibuk.
Aku menyampaikan pada rekan kerja dan atasan bahwa pada jam
kerja aku akan meminta izin untuk memompa ASI. Syukurlah mereka bisa mengerti.
Sekarang tugasku adalah semangat dan rajin memompa!
Walau kadang-kadang jumlah ASIP yang diminum Abelle lebih
banyak daripada yang aku perah, namun Alhamdulillah hingga hari ini ASIP untuk
Abelle cukup dan ready stock hehehe. Namun, aku selalu susui Abelle langsung
jika aku di rumah. Sempat mesin pompa rusak, masya Allah paniknya setengah
mati, karena sudah sangat cocok dengan produk tersebut. Akhirnya aku mulai
belajar memerah dengan tangan, Subhanallah ternyata mudah!
Menyusui itu berkah
Untuk para ibu dan calon ibu, semangat terus yaaa. Never
give up! Give the best for your baby(ies). Anak adalah berkah dan amanat dari
Tuhan yang tak ternilai. ASI lah yang terbaik untuk anak kita.
Merasa sedih, ketakutan hingga menangis, berkali-kali aku
alami tapi aku berusaha untuk kembali positive thinking. Suami terus mendukung
dan menyemangatiku. Sekarang aku percaya bahwa setiap Ibu pasti bisa menyusui.
Mohon doa agar anakku Annabelle Maleeka Victoria Putransyah
selalu disehatkan dan disempurnakan tumbuh kembangnya. Semoga aku bisa
lanjuuuutt menyusuinya sampai semaksimal yang aku mampu. Aamiin.
PS. Terimakasih Ayah Alfa yang sudah sangat baik dan sangat
supportive selama ini, Ibu tidak bisa lakukan ini semua tanpa dukungan Ayah…
(hiks hiks terharu lagi)…
*sumber : health.kompas.com
0 comments:
Posting Komentar